Gunung Scopus, atau Har Hatzofim, telah lama memiliki arti penting karena lokasinya yang strategis, pemandangannya yang indah, dan relevansi budayanya dengan kota Yerusalem.

Terletak di bagian timur ibu kota abadi Israel, etimologi Gunung Scopus mencerminkan peran historisnya sebagai titik pengamatan terhadap Yerusalem. Nama Ibraninya diterjemahkan menjadi “Gunung Para Penjaga”, sedangkan nama Yunani dan Latinnya, skopos dan scopus, memiliki arti yang sama yaitu penjaga atau penjaga. Tata nama ini berasal dari posisinya yang menghadap Yerusalem dari timur laut, memberikan pemandangan tanpa halangan ke distrik kota kuno dan modern.

Menariknya, sejarah penggunaan nama tersebut berkembang seiring berjalannya waktu. Josephus, sejarawan Yahudi abad ke-1, merujuk pada pengamatan pada zaman Romawi, dan orang-orang Yahudi, yang dilarang memasuki Yerusalem selama periode tertentu, akan memandang kota dari puncak ini. Makna berlapis ini memperkaya identitas Gunung Scopus baik sebagai titik pandang geografis maupun simbolis.

Sejarah panjang

Gunung Scopus telah menjadi basis aksi militer sejak zaman kuno, terutama pada masa Pemberontakan Besar Yahudi pada tahun 66 M. Bangsa Romawi, di bawah komando Cestius Gallus, menggunakannya sebagai tempat persiapan untuk mengepung Yerusalem. Sekali lagi pada tahun 70 M, pasukan Romawi kembali selama pengepungan klimaks yang menyebabkan kehancuran Kuil Kedua, dan menempatkan diri mereka di Gunung Scopus dan Bukit Zaitun yang berdekatan.

Gunung Scopus terus memainkan peran strategis selama Perang Salib dan kampanye militer lainnya, namun sejarah modernnya dimulai pada awal abad ke-20 ketika gunung ini menjadi rumah bagi beberapa institusi budaya dan medis terpenting di Yerusalem. Pada tahun 1918, landasan Universitas Ibrani Yerusalem diletakkan di gunung tersebut, memperkuat signifikansinya dalam gerakan Zionis. Universitas ini dengan cepat berkembang menjadi salah satu institusi akademis terkemuka di dunia, menarik para cendekiawan dan intelektual Yahudi dari seluruh dunia.

Pemandangan udara kampus Mount Scopus di Universitas Ibrani Yerusalem. (kredit: MARC ISRAEL SELLEM)

Gunung ini kembali menjadi lokasi konflik selama Perang Kemerdekaan Israel tahun 1948, ketika gunung tersebut terputus dari Yerusalem Yahudi dan menjadi daerah kantong Israel yang terisolasi dan dikelilingi oleh pasukan Yordania. Rumah Sakit Hadassah, yang juga terletak di gunung, menjadi lokasi salah satu peristiwa perang paling tragis – pembantaian konvoi medis Hadassah, yang menewaskan 78 dokter, perawat, dan pasien Yahudi. Selama hampir 20 tahun, Gunung Scopus tetap menjadi zona demiliterisasi di bawah pengawasan PBB, dan hanya dapat diakses oleh Israel melalui konvoi berkala.

Setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, Israel mendapatkan kembali kendali atas Yerusalem timur, termasuk Gunung Scopus, dan kampus universitas serta rumah sakit sepenuhnya diintegrasikan kembali ke dalam kota tersebut. Universitas Ibrani melanjutkan aktivitasnya di gunung tersebut, melanjutkan perannya sebagai pusat pembelajaran dan penelitian.

Identitas masa kini

Saat ini, Gunung Scopus adalah rumah bagi beberapa landmark modern yang melambangkan identitas akademis, budaya, dan sejarah Yerusalem.

Universitas Ibrani Yerusalem, yang telah berkembang menjadi lembaga penelitian besar, merupakan universitas yang dominan. Kampus ini memiliki Sinagoga Hecht, yang menawarkan pemandangan Kota Tua Yerusalem yang indah. Kebun Raya Nasional Israel, yang didirikan oleh ahli botani Alexander Eig pada tahun 1931, merupakan fitur penting lainnya, yang menampung banyak koleksi tanaman asli Israel. Taman ini juga berisi Gua Nicanor, sebuah situs pemakaman bersejarah yang menghubungkan Gunung Scopus dengan sejarah Yahudi kuno.

Iklan

Institusi penting lainnya adalah Pusat Medis Universitas Hadassah, yang dibuka kembali setelah Perang Enam Hari. Dirancang oleh arsitek terkenal Erich Mendelsohn, rumah sakit ini dibangun pada tahun 1939, menjadi simbol perawatan medis modern di ibu kota. Pembukaan kembali gunung ini pada tahun 1960an menandai pemulihan layanan kesehatan di Gunung Scopus.


Tetap update dengan berita terbaru!

Berlangganan Buletin The Jerusalem Post


Selain institusi-institusi tersebut, Gunung Scopus juga merupakan rumah bagi Jerusalem British War Cemetery, sebuah peringatan bagi para prajurit Kerajaan Inggris yang bertempur dan tewas di wilayah tersebut selama Perang Dunia I. Pemakaman militer ini merupakan pengingat akan sejarah panjang gunung tersebut. sebagai tempat konflik dan kenangan.

Gunung Scopus juga memiliki makna budaya dan seni. Akademi Seni dan Desain Bezalel, sekolah seni terkemuka Israel, memiliki kampus utamanya di pegunungan hingga tahun 2023, sebelum pindah ke pusat kota. Lembaga ini memainkan peran sentral dalam membentuk seni dan desain Israel, serta berkontribusi terhadap lanskap budaya negara tersebut.

Gunung ini juga menawarkan momen ketenangan di tengah hiruk pikuk Yerusalem. Taman Nasional Tabachnik menyuguhkan pemandangan Laut Mati dan Gurun Yudea di sebelah timur, dan Bukit Bait Suci di sebelah barat, sekaligus melestarikan gua pemakaman era Kuil Kedua. Ruang hijau ini berfungsi sebagai tempat pelarian yang tenang, menghubungkan sejarah kuno dengan refleksi zaman modern.

Saat ini, Gunung Scopus lebih dari sekadar titik pandang geografis – namun merupakan bukti kedudukan abadi Yerusalem di persimpangan sejarah, konflik, budaya, dan perdamaian. Lapisan sejarah dan institusi modernnya menunjukkan peran sentralnya dalam membentuk masa lalu dan masa depan Israel. Sebagai pos terdepan militer yang strategis, pusat kekuatan akademis dan medis, serta simbol ketahanan Israel, Gunung Scopus tetap menjadi bagian penting dari identitas Yerusalem. ■





Krystian Wiśniewski
Krystian Wiśniewski is a dedicated Sports Reporter and Editor with a degree in Sports Journalism from He graduated with a degree in Journalism from the University of Warsaw. Bringing over 14 years of international reporting experience, Krystian has covered major sports events across Europe, Asia, and the United States of America. Known for his dynamic storytelling and in-depth analysis, he is passionate about capturing the excitement of sports for global audiences and currently leads sports coverage and editorial projects at Agen BRILink dan BRI.