Di tengah teror dan pembangkangan, Hassan Nasrallah berdiri sebagai simbol permusuhan yang pantang menyerah terhadap masyarakat Barat. Selama lebih dari tiga dekade, pemimpin Hizbullah dengan berani menyatakan kebenciannya terhadap Amerika Serikat dan sekutunya, dan secara rutin mengeluarkan ancaman yang bergema jauh melampaui perbatasan Lebanon.

Dalam salah satu pidatonya yang menghasut, Nasrallah menegaskan, “Selama masih ada imperialisme di dunia, perdamaian permanen tidak mungkin terjadi.” Pernyataan ini, meskipun dikemas dalam bahasa perlawanan, mencerminkan ideologi yang lebih luas dan berbahaya yang menggambarkan Barat sebagai musuh abadi dunia Islam.

Retorika Nasrallah bukan sekedar gertakan kosong: Ini adalah seruan untuk mengangkat senjata bagi mereka yang meremehkan prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan. Ia sering menargetkan AS secara langsung, menuduh AS sebagai agresor sejati di Timur Tengah, dan memperingatkan bahwa “Poros Perlawanan” tidak akan mundur kecuali Israel dan sekutu Baratnya dapat ditundukkan.

Propagandanya menggambarkan Barat sebagai kekuatan yang korup, dengan Nasrallah yang terkenal menyatakan, “Tidak ada solusi tanpa tekanan pada Israel untuk menghentikan perang di Gaza,” secara terbuka menantang negara-negara Barat untuk menghadapi keterlibatan mereka dalam konflik regional.

Perkataan Nasrallah tidak sebatas retorika. Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah terlibat dalam kampanye teror tanpa henti terhadap sasaran Israel dan Barat di seluruh dunia. Mulai dari serangan terhadap Marinir AS di Beirut pada tahun 1980an hingga dukungan terhadap serangan Hamas terhadap warga sipil Israel, tindakannya menggarisbawahi agenda anti-Barat yang lebih luas. Strategi Nasrallah jelas: untuk melemahkan pengaruh Barat di Timur Tengah dan untuk mempromosikan visi Islam yang tidak memiliki tempat bagi demokrasi.

Asap mengepul di pinggiran selatan Beirut dilihat dari Sin El Fil, Lebanon, 28 September 2024. (kredit: REUTERS/MOHAMED AZAKIR)

Kematiannya di tangan pasukan Israel menandai berakhirnya era berbahaya, namun yang lebih penting, ini melambangkan peran penting Israel dalam perjuangan global untuk kebebasan.

Serangan Israel pada hari Jumat terhadap Nasrallah dan para komandan utamanya bukan hanya sebuah kemenangan taktis – namun merupakan momen penting dalam pertarungan ideologi antara demokrasi dan ekstremisme. Dengan menyingkirkan Nasrallah, Israel sekali lagi menunjukkan bahwa mereka berada di garis depan dalam melindungi tidak hanya warga negaranya sendiri tetapi juga nilai-nilai yang mendasari seluruh dunia Barat. Berbeda dengan banyak negara Barat yang ragu-ragu, berdebat, dan sering menunda tindakan tegas, Israel bertindak cepat dan tegas, menghilangkan tokoh kunci yang telah menjadi simbol teror global.

Meskipun Israel teguh mempertahankan demokrasinya, dunia bebas harus mengakui dan mendukung upayanya. Sudah terlalu lama negara-negara Barat menghindari ancaman yang ditimbulkan oleh para pemimpin seperti Nasrallah, karena terkendala oleh kebenaran politik dan ketakutan akan reaksi balasan. Sebaliknya, tindakan berani Israel telah membuktikan berkali-kali bahwa perjuangan melawan ekstremisme memerlukan lebih dari sekedar kata-kata – hal ini memerlukan tekad, tindakan, dan komitmen yang teguh terhadap prinsip-prinsip kebebasan.

Kematian Nasrallah merupakan kemenangan bagi semua orang yang menghargai demokrasi dibandingkan kediktatoran

Kematian Nasrallah lebih dari sekedar kemenangan bagi Israel: Ini adalah kemenangan bagi setiap negara yang menghargai demokrasi dibandingkan kediktatoran dan kebebasan dibandingkan tirani. Namun, tanggapan negara-negara Barat yang acuh tak acuh terhadap kemenangan ini menggarisbawahi adanya keterputusan yang meresahkan. Kegagalan untuk secara terbuka merayakan keberhasilan Israel dalam membongkar jaringan teror yang meremehkan nilai-nilai Barat, dunia bebas berisiko meremehkan pengorbanan yang dilakukan oleh mereka yang berada di garis depan.

Presiden AS Joe Biden dengan tepat memuji Israel pada hari Sabtu. “Hassan Nasrallah dan kelompok teroris yang dipimpinnya, Hizbullah, bertanggung jawab atas pembunuhan ratusan warga Amerika selama empat dekade teror,” katanya. “Kematiannya akibat serangan udara Israel adalah sebuah ukuran keadilan bagi banyak korbannya, termasuk ribuan warga Amerika, Israel, dan warga sipil Lebanon.


Tetap update dengan berita terbaru!

Berlangganan Buletin The Jerusalem Post


“Amerika Serikat mendukung penuh hak Israel untuk mempertahankan diri melawan Hizbullah, Hamas, Houthi, dan kelompok teroris lain yang didukung Iran,” tegas Biden.

Tindakan Israel menjadi pengingat bahwa pembelaan demokrasi bukanlah isu regional – namun merupakan keharusan global. Tersingkirnya Nasrallah adalah kemenangan bagi seluruh dunia bebas, dan sudah saatnya Barat mengakui peran Israel bukan hanya sebagai sekutu regional, namun juga sebagai pembela penting tatanan demokrasi. Perjuangan melawan ekstremisme masih terus berlangsung, dan hanya melalui persatuan dan dukungan maka cita-cita dunia bebas akan terus berkembang.





Krystian Wiśniewski
Krystian Wiśniewski is a dedicated Sports Reporter and Editor with a degree in Sports Journalism from He graduated with a degree in Journalism from the University of Warsaw. Bringing over 14 years of international reporting experience, Krystian has covered major sports events across Europe, Asia, and the United States of America. Known for his dynamic storytelling and in-depth analysis, he is passionate about capturing the excitement of sports for global audiences and currently leads sports coverage and editorial projects at Agen BRILink dan BRI.