AS telah mengerahkan lebih banyak aset militer untuk mencegah Iran membalas ketika ketegangan semakin meningkat antara Israel dan Hizbullah, pada hari Selasa Jurnal Wall Street laporan yang mengutip pejabat AS dan Israel mengungkapkan.
Menurut laporan tersebut, Departemen Pertahanan AS berencana meningkatkan jumlah pesawat tempur F-15E, F-16, dan A-10 Angkatan Udara yang dikerahkan di Timur Tengah.
Selain itu, peningkatan tersebut dilaporkan signifikan karena pesawat tempur F-15E dan F-16 bertanggung jawab atas penembakan drone Iran ketika Teheran melancarkan serangan rudal dan drone terhadap Israel pada bulan April.
Khususnya, keputusan untuk meningkatkan aset militer terjadi tepat sebelum invasi darat IDF ke Lebanon yang terjadi pada hari Selasa.
Selain itu, laporan tersebut menambahkan bahwa Marine Amphibious Ready Group, yang terdiri dari sekitar 2.200 Marinir dan tentara, akan bersiap untuk mengerahkan lebih banyak pasukan jika diperlukan.
Jawaban yang tidak jelas
Itu Jurnal Wall Street juga menyebutkan bahwa sejauh mana potensi respons Teheran masih belum jelas, karena para pejabat Iran tampak berbeda pendapat mengenai tindakan terbaik yang harus diambil.
Menurut para analis dalam laporan tersebut, mungkin ada berbagai macam pembalasan dari Iran, yang akan melibatkan serangan baru oleh Iran sebagai proxy terhadap pangkalan militer AS di Timur Tengah.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa “Teheran tidak mungkin melakukan peluncuran rudal kecuali mereka yakin bahwa mereka akan mencapai keberhasilan yang lebih besar daripada serangan bulan April,” kata Norman Roule, mantan pejabat CIA.