Meski jauh dari Eropa garis depan, koloni Inggris di Sierra Leone berperan penting dalam upaya perang di kedua perang dunia. Dalam Perang Dunia I, Pasukan Kerajaan Perbatasan Afrika Barat bertugas dalam operasi melawan pasukan Jerman di Togoland saat itu. Pada Perang Dunia II, lokasi pelabuhan Freetown yang strategis membuatnya dibentengi dan menjadi pangkalan penting untuk melindungi jalur laut ke Timur Tengah, India, dan Australasia.
Sebagian besar dari pasukan ini adalah penduduk asli Afrika, banyak di antaranya berasal dari Sierra Leone. Warga Sierra Leone bertugas sebagai tentara di Pasukan Perbatasan, dan lebih banyak lagi yang bertugas di Korps Pengangkut. Pertempuran di pedalaman Afrika bergantung pada material dalam jumlah besar, namun kurangnya jalan dan mekanisasi menyebabkan seringkali satu-satunya metode transportasi yang efektif adalah dengan menggunakan kepala Korps Pengangkut.
Pasukan Sierra Leone menyaksikan pertempuran dari Afrika Timur hingga Italia, dan menghadapi jumlah korban jiwa yang besar. Selain kematian dalam pertempuran, ratusan orang meninggal karena penyakit termasuk disentri, TBC, dan lain-lain khususnya malaria. Pemakaman Makam Perang Persemakmuran menghormati tentara yang tewas selama bertugas di Perang Dunia II. Pemakaman tersebut berisi kuburan 70 tentara Afrika Barat dan empat tentara Inggris.