Tepat 377 hari yang lalu, saya menulis cerita persis ini versi 2024 dan mulai dengan membahas lingkungan mode yang terus berubah sepanjang tahun sebelumnya. Saat itu, saya sangat antusias dengan kemungkinan seputar perekrutan direktur kreatif terbaru di industri ini—termasuk desainer Matthieu Blazy di Bottega Veneta (Blazy dimulai pada tahun 2020) dan Louise Trotter di Carven. (Trotter dimulai pada tahun 2023.) Perubahan terjadi di rumah-rumah besar, warisan baru sedang dibangun, dan kegembiraan mulai terasa. Saat itu saya tidak menyangka bahwa tahun 2024 akan membawa lebih banyak variasi. Minggu lalu, Trotter mengumumkan kepergiannya dari Carven, diikuti oleh Blazy di Bottega Veneta. Merek barang kulit asal Italia tersebut kemudian menunjuk Trotter sebagai penerus Blazy. Beberapa jam kemudian, Chanel menjawab pertanyaan paling membara dari setiap fashionista: Siapa yang akan mengambil alih posisi Virginie Viard? Jawabannya adalah Blazy. Itu hanya dua dari sekian banyak pertukaran kursi di industri tahun ini.

Cukuplah untuk mengatakan bahwa tahun 2025 berada di jalur yang tepat untuk menghilangkan energi yang kacau dan tidak dapat diprediksi pada tahun 2024, tetapi itu tidak berarti kita harus memasuki tahun ini sepenuhnya tanpa berpikir panjang. Setelah mempelajari koleksi runway musim semi/panas 2025 dan pergeseran budaya akhir tahun, saya merasa yakin dengan prediksi saya tentang apa yang akan terjadi dalam 365 hari ke depan. Di bawah ini, bacalah tentang fesyen 2025 bahkan sebelum tahun dimulai, mulai dari perubahan estetika 180 derajat hingga tren warna yang segar.

(Kredit gambar: TheStewartofNY/GC Images/Getty Images; @hoskelsa; Sorotan Peluncuranmetrik; @fannyekstrand; Gambar MEGA/GC/Gambar Getty)

Meskipun tren ini perlahan mulai meningkat selama beberapa musim, koleksi S/S 25 Saint Laurent benar-benar menarik perhatian. Kami menyebutnya dengan beberapa istilah yang berbeda, termasuk soft power dan power play, namun secara umum, ini adalah pergerakan fesyen menuju versi pakaian kerja yang lebih lembut dan tidak setajam dan disesuaikan seperti dulu. Setelannya sedikit lebih santai dan kebesaran serta ditata secara pribadi dengan gelang manset, kacamata hitam besar, dan pakaian luar yang menarik. Tren ini meluas ke Bottega Veneta, Stella McCartney, dan Christopher Esber. Dalam siaran pers setelah pertunjukan Louis Vuitton di Paris Fashion Week, direktur kreatif rumah tersebut Nicolas Ghesquière menyebut soft power sebagai sebuah oxymoron utama mengingat kelembutan dan kekuatan sering kali dilihat sebagai hal yang berlawanan. Namun, tempat mereka bertemu sebenarnya adalah tempat tinggal wanita sukses. Mereka adalah makhluk dengan banyak segi yang mampu menyeimbangkan dua konsep yang kontras secara alami.