DITERBITKAN 24 Desember 2024

Puasa intermiten telah menjadi salah satu tren diet paling populer dalam beberapa tahun terakhir. Namun apakah hal tersebut hanya sekedar iseng belaka, atau adakah sains nyata di balik manfaat kesehatannya?

Baik Anda ingin menurunkan berat badan, meningkatkan kesehatan metabolisme, atau sekadar mengistirahatkan sistem pencernaan Anda, puasa intermiten mungkin patut untuk ditelusuri.

Namun, sebelum ikut-ikutan, penting untuk memahami manfaat dan potensi risiko yang terkait dengan pola makan ini.

Apa itu Puasa Intermiten?

Puasa intermiten bukanlah diet dalam pengertian tradisional—ini lebih merupakan pola makan. Daripada berfokus pada apa yang Anda makan, puasa intermiten berfokus pada kapan Anda makan. Ini melibatkan siklus makan dan puasa yang bergantian.

Metode yang paling umum termasuk metode 16/8 (puasa selama 16 jam, makan dalam rentang waktu 8 jam), metode 5:2 (makan secara normal lima hari seminggu dan membatasi asupan kalori hingga sekitar 500-600 kalori dalam dua hari. -hari berturut-turut), dan puasa sehari bergantian.

Manfaat Puasa Intermiten

Puasa intermiten telah dikaitkan dengan banyak manfaat kesehatan. Mari kita lihat lebih dekat beberapa keuntungan yang paling banyak diteliti:

Penurunan Berat Badan:

Salah satu alasan utama orang melakukan puasa intermiten adalah penurunan berat badan. Dengan membatasi jendela makan, secara alami mengurangi asupan kalori. Selain itu, periode puasa dapat meningkatkan kemampuan tubuh untuk membakar lemak untuk menghasilkan energi, terutama saat puasa yang lebih lama.

Peningkatan Kesehatan Metabolik:

Penelitian menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga dapat menurunkan risiko diabetes tipe 2. Ini juga membantu mengatur kadar gula darah dan meningkatkan profil lipid dengan menurunkan kadar kolesterol jahat.

Perbaikan dan Umur Panjang Seluler:

Puasa memicu proses yang disebut autophagy, di mana tubuh membersihkan sel-sel tua atau tidak berfungsi, yang pada dasarnya meremajakan jaringan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa autophagy dapat memperpanjang umur dengan mengurangi risiko penyakit terkait usia, meskipun diperlukan lebih banyak penelitian mengenai hal ini.

Mengurangi Peradangan:

Peradangan kronis dikaitkan dengan berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung dan kanker. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa puasa intermiten dapat menurunkan tanda-tanda peradangan, sehingga berpotensi berkontribusi pada kesehatan yang lebih baik secara keseluruhan.

Peningkatan Fungsi Otak:

Puasa dapat meningkatkan produksi faktor neurotropik yang diturunkan dari otak (BDNF), yaitu protein yang mendukung kesehatan otak. Ini dapat membantu melindungi terhadap penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan meningkatkan fungsi kognitif.

Resiko Puasa Intermiten

Meskipun puasa intermiten memiliki manfaat yang jelas, namun bukan berarti tanpa risiko. Berikut beberapa potensi kerugian yang perlu diingat:

Defisiensi Nutrisi:

Membatasi waktu makan dapat mengakibatkan kurangnya asupan vitamin dan mineral, terutama jika Anda tidak berhati-hati dalam memilih makanan. Penting untuk fokus pada makanan utuh yang padat nutrisi selama periode makan Anda.

Ketidakseimbangan Hormon:

Bagi wanita, puasa dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal, terutama jika dilakukan terlalu agresif. Beberapa wanita mungkin mengalami gangguan siklus menstruasi atau gangguan hormonal lainnya. Dianjurkan untuk mendengarkan tubuh Anda dan menghindari pola puasa yang ekstrim jika Anda mengalami masalah ini.

Potensi Makan Berlebihan:

Puasa intermiten kadang-kadang dapat menyebabkan makan berlebihan selama waktu makan, karena beberapa orang mungkin merasa perlu untuk mengimbangi periode puasa. Hal ini dapat menghilangkan defisit kalori yang disebabkan oleh puasa dan mungkin menyebabkan kebiasaan makan yang tidak sehat.

Tidak Cocok untuk Semua Orang:

IF mungkin tidak cocok untuk populasi tertentu, termasuk orang dengan riwayat gangguan makan, wanita hamil atau menyusui, dan orang dengan kondisi kesehatan tertentu. Sebaiknya konsultasikan dengan ahli kesehatan sebelum memulai program puasa apa pun.

Kabut Mental dan Kemerosotan Energi:

Beberapa orang melaporkan merasa lesu, mudah tersinggung, atau mengalami kesulitan berkonsentrasi selama puasa, terutama saat pertama kali memulai puasa intermiten. Hal ini sering kali bersifat sementara namun dapat membuat putus asa bagi sebagian orang.

4. Tips Memulai Puasa Intermiten

Jika Anda mempertimbangkan puasa intermiten, berikut beberapa tip untuk membantu Anda memulai:

Mulai Perlahan:

Jika Anda baru berpuasa, cobalah memulai dengan jangka waktu puasa yang lebih pendek (misalnya 12 jam) dan tingkatkan secara bertahap seiring penyesuaian tubuh Anda.

Tetap Terhidrasi:

Penting untuk minum banyak air sepanjang hari, terutama selama puasa, agar tetap terhidrasi dan menghindari sakit kepala.

Prioritaskan Makanan Utuh:

Selama jendela makan Anda, fokuslah pada makanan utuh yang kaya nutrisi seperti protein tanpa lemak, sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan lemak sehat untuk memaksimalkan makanan Anda.

Bersikaplah Fleksibel:

Dengarkan tubuh Anda dan sesuaikan jadwal puasa Anda sesuai kebutuhan. Jika Anda merasa sangat lelah atau mengalami efek samping negatif, mungkin ada baiknya Anda mengurangi periode puasa atau mencoba pendekatan lain.

Konsultasikan dengan Profesional: Sebelum memulai program puasa apa pun, terutama jika Anda memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, penting untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan atau ahli gizi.

Puasa intermiten bisa menjadi pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kesehatan Anda secara keseluruhan, mengatur berat badan, dan meningkatkan umur panjang, namun ini bukanlah solusi yang bisa diterapkan untuk semua orang. Penting untuk mempertimbangkan manfaat dibandingkan risikonya dan mempertimbangkan apakah pola makan ini sejalan dengan gaya hidup dan tujuan kesehatan Anda.

Seperti halnya perubahan pola makan yang signifikan, pastikan untuk mendengarkan tubuh Anda dan berkonsultasi dengan profesional jika perlu. Puasa intermiten dapat menawarkan potensi besar bagi mereka yang melakukan pendekatan dengan penuh kesadaran dan menjadikannya sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Sumber

Juliana Ribeiro
Juliana Ribeiro is an accomplished News Reporter and Editor with a degree in Journalism from University of São Paulo. With more than 6 years of experience in international news reporting, Juliana has covered significant global events across Latin America, Europe, and Asia. Renowned for her investigative skills and balanced reporting, she now leads news coverage at Agen BRILink dan BRI, where she is dedicated to delivering accurate, impactful stories to inform and engage readers worldwide.