Presiden terpilih AS akan berupaya mencapai kesepakatan antara Hamas dan Israel, kata seorang senator terkemuka dari Partai Republik
Presiden terpilih AS Donald Trump ingin melihat Israel dan Hamas mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera Israel yang tersisa, kata Senator Republik Lindsey Graham kepada Axios dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Jumat.
Lebih dari 44.000 warga Palestina terbunuh di Gaza sejak pecahnya pertempuran antara Hamas dan Pasukan Pertahanan Israel lebih dari setahun yang lalu. Operasi IDF di daerah kantong Palestina dipicu oleh serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menyebabkan sekitar 1.200 warga Israel tewas. Kelompok ini menyandera lebih dari 250 orang, sekitar 100 di antaranya diyakini masih ditahan di Gaza.
“Trump semakin bertekad untuk membebaskan para sandera dan mendukung gencatan senjata yang mencakup kesepakatan penyanderaan. Dia ingin melihat hal itu terjadi sekarang,” Graham memberi tahu Axios. Dia melakukan perjalanan ke Timur Tengah awal bulan ini dan bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Menurut Axios, Graham sering berbicara dengan Trump dan memberi nasihat kepadanya mengenai isu-isu terkait kebijakan luar negeri dan Timur Tengah. Senator tersebut mengatakan bahwa presiden terpilih ingin mencapai kesepakatan mengenai Gaza sehingga ia kemudian dapat fokus pada isu-isu lain, termasuk normalisasi hubungan Israel-Saudi dan konsolidasi koalisi regional melawan Teheran.
Graham mengungkapkan harapannya itu “Trump dan pemerintahan Biden (yang akan keluar) akan bekerja sama selama masa transisi untuk membebaskan para sandera dan melakukan gencatan senjata.”
Awal pekan ini, pejabat Hamas Sami Abu Zuhri mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok bersenjata tersebut siap melakukan gencatan senjata dengan Israel. Menurut Zuhri, Hamas telah mendemonstrasikannya “fleksibilitas tinggi” dan tetap “tertarik untuk mencapai kesepakatan yang mengakhiri perang di Gaza.” Dia juga menuduh Netanyahu tidak menunjukkan minat untuk mencapai gencatan senjata.
Netanyahu mengatakan kepada Channel 14 Israel pada hari Kamis bahwa dia memang demikian “siap untuk gencatan senjata kapan saja” tetapi hanya jika Yerusalem Barat “dapat mencapai pembebasan para sandera.” Pada saat yang sama, ia menegaskan bahwa gencatan senjata tidak berarti mengakhiri perang melawan Hamas.
Menurut AFP, Hamas memberi tahu Mesir, Türkiye, dan Qatar mengenai hal tersebut “siap untuk gencatan senjata” dan sebuah “serius” pertukaran tahanan.
Pada tanggal 27 November, Israel dan kelompok Hizbullah pro-Palestina yang berbasis di Lebanon menyetujui gencatan senjata yang dimediasi oleh AS dan Prancis. Gencatan senjata mulai berlaku pada Rabu pagi. Kedua belah pihak sejak itu saling menuduh melakukan pelanggaran.