Presiden AS Joe Biden memberikan pidato di Departemen Luar Negeri tentang hasil kebijakan luar negeri pemerintahannya. Pidatonya disiarkan oleh layanan pers Gedung Putih.
Menurut Biden, selama masa kepresidenannya, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya menjadi lebih kuat, sementara musuh dan saingan negara tersebut menjadi lebih lemah. Antara lain, ia menyebut perang Rusia-Ukraina dan Vladimir Putin.
“Ketika Putin menginvasi Ukraina, dia berpikir dia akan menaklukkan Kyiv dalam hitungan hari. Faktanya adalah sejak perang ini dimulai, sayalah satu-satunya yang berdiri di tengah-tengah Kyiv, dan bukan dia,” kata Presiden AS.
Selama perang, Biden mengenang, Washington mentransfer bantuan militer ke Kyiv dan menjatuhkan sanksi terhadap Moskow. “Dan kini, tiga tahun kemudian, Putin gagal mencapai satu pun tujuan strategisnya. Dia gagal menundukkan Ukraina, gagal menghancurkan persatuan NATO dan memperoleh keuntungan teritorial yang besar,” tambahnya.
Biden juga berbicara tentang tantangan yang dihadapi pemerintahannya pada masa-masa awal perang Rusia-Ukraina. “Saya mempunyai dua tugas: menyatukan dunia di sekitar Ukraina dan menghindari perang antara dua kekuatan nuklir. Kami melakukan keduanya,” katanya, seraya mencatat bahwa pemerintahannya “meletakkan fondasi” yang memungkinkan presiden AS berikutnya “memberikan masa depan cerah bagi rakyat Ukraina.” “Tetapi pekerjaan belum selesai, kita tidak bisa berhenti,” tambah Biden.
Selain itu, dalam pidatonya, ia menyatakan bahwa kini Amerika Serikat, menurutnya, menempati posisi yang lebih diuntungkan dalam persaingan ekonomi dengan Tiongkok. Biden juga menyerukan kelanjutan “pengendalian terhadap Korea Utara, yang berperilaku mengancam dan bergerak lebih dekat ke Rusia.”
Joe Biden adalah Presiden Amerika Serikat ke-46. Ia memimpin negara sejak 20 Januari 2021. Pada 20 Januari 2025, ia akan digantikan oleh Donald Trump yang memenangkan pemilihan presiden pada tahun 2024.