ISLAMABAD – Bahkan sebelum Presiden terpilih Donald Trump melanjutkan masa jabatan keduanya, Pakistan menghadapi berbagai sanksi AS.
Menyatakan kekesalannya, Pakistan mengecam keras keputusan AS yang menjatuhkan sanksi terhadap Kompleks Pembangunan Nasional (NDC) dan tiga entitas komersial swasta. Pakistan mengatakan tindakan ini sangat disayangkan dan menunjukkan pendekatan yang bias.
Sebelumnya, AS menjatuhkan sanksi baru terkait program rudal balistik jarak jauh Pakistan, termasuk terhadap badan pertahanan milik negara yang membawahi program tersebut. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan tindakan tersebut menampar Kompleks Pembangunan Nasional dan tiga perusahaan diberlakukan berdasarkan perintah eksekutif yang “menargetkan penyebar senjata pemusnah massal dan alat pengirimannya.”
Kementerian Luar Negeri Pakistan menjawab bahwa kemampuan strategis Pakistan pada dasarnya ditujukan untuk menjaga kedaulatannya dan mendorong perdamaian dan stabilitas di Asia Selatan.
Dikatakan bahwa sanksi-sanksi ini melemahkan tujuan-tujuan tersebut dengan memperburuk ketidakseimbangan militer regional. Kebijakan-kebijakan seperti ini mengancam stabilitas strategis tidak hanya di Asia Selatan namun juga dalam skala global.
Pakistan juga menyayangkan dimasukkannya entitas komersial swasta dalam sanksi tersebut. Secara historis, daftar tersebut sering kali didasarkan pada kecurigaan yang tidak berdasar dan tuduhan yang tidak berdasar, serta kurangnya bukti yang dapat dipercaya, kata Kementerian Luar Negeri.
Meskipun Donald Trump belum mengambil alih kekuasaan, sanksi tersebut menunjukkan adanya tantangan bagi Pakistan, mulai bulan Januari ketika Trump kembali menjabat sebagai presiden.
Selama tiga tahun terakhir, hubungan Pakistan-AS membaik hingga hal ini terjadi. Perusahaan-perusahaan AS telah menginvestasikan lebih dari $1,5 miliar di sektor-sektor dengan pertumbuhan tinggi di Pakistan, termasuk barang konsumsi, agribisnis, jasa keuangan, teknologi informasi dan komunikasi, layanan kesehatan, dan energi.
Kemajuan signifikan dalam hubungan bilateral dicapai pada tahun 2023, dengan dimulainya kembali pertemuan tingkat menteri berdasarkan Perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi AS-Pakistan (TIFA) untuk pertama kalinya sejak tahun 2016. Diskusi ini membahas hambatan perdagangan dan memperkuat hubungan komersial antara kedua negara. dua negara.
Terlepas dari perkembangan positif ini, Pakistan terus menghadapi banyak tantangan, termasuk banjir besar, kenaikan inflasi, utang luar negeri, kebangkitan kembali terorisme, dan ketegangan perbatasan yang terus berlanjut dengan Afghanistan dan Iran.
Menyusul kemenangannya dalam pemilihan presiden AS, Donald Trump menerima banyak sekali pesan ucapan selamat dari para pemimpin politik di seluruh dunia. Diantaranya adalah pesan tak terduga dari mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, yang menyebut Trump sebagai “teman baik” Trump.
“Presiden terpilih Trump akan memberikan dampak baik bagi hubungan Pakistan-AS berdasarkan rasa saling menghormati demokrasi dan hak asasi manusia. Kami berharap dia akan mendorong perdamaian, hak asasi manusia, dan demokrasi secara global,” tulis Khan.
Pesan tersebut memicu perdebatan di kalangan analis mengenai dampaknya terhadap hubungan Pakistan-AS di bawah kepemimpinan kedua Trump. Meskipun beberapa pihak berpendapat bahwa hubungan tersebut tidak akan masuk dalam agenda Washington, anggota partai Pakistan Tehrik-e-Insaf (PTI) yang dipimpin Khan berharap kemenangan Trump dapat meringankan tantangan politik yang dihadapi oleh pemimpin mereka. Khan sebelumnya menuduh pemerintahan Joe Biden berkonspirasi dengan militer Pakistan untuk menggulingkannya dari kekuasaan pada tahun 2022, sebuah klaim yang dibantah oleh kedua negara.
Joshua White, mantan pejabat Gedung Putih yang khusus menangani masalah Asia Selatan, berpendapat bahwa pemerintahan Trump kemungkinan besar tidak akan memprioritaskan Pakistan, karena ia melihatnya dari sudut pandang kontraterorisme. Menurut White, “hanya ada sedikit keinginan” di Washington untuk memperbarui kemitraan keamanan atau ekonomi yang luas dengan Islamabad.
Sementara beberapa pihak berspekulasi bahwa lingkaran Trump mungkin menganjurkan penyelesaian masalah pemenjaraan Khan atau penderitaan politik PTI, White ragu pemerintah akan memberikan tekanan yang signifikan terhadap militer Pakistan mengenai masalah ini.
Hubungan kedua negara perlahan-lahan mengalami pemanasan sejak tahun 2022, ditandai dengan diangkatnya Duta Besar AS Donald Blome setelah empat tahun vakum. Namun, perkembangan terkini telah membuat hubungan menjadi tegang. Menjelang pelantikan Trump pada bulan Januari, para ahli memperkirakan akan terjadi sedikit perubahan dalam hubungan AS-Pakistan. Pakistan dapat berharap untuk terus terlibat dalam permasalahan bersama seperti ekonomi, iklim, dan kontra-terorisme.