JALUR GAZA:
Militer Israel melaporkan tiga roket menargetkan wilayahnya pada hari Jumat dari Jalur Gaza, di mana tim penyelamat Palestina mengatakan serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 16 orang, termasuk anak-anak.
Roket-roket tersebut adalah yang terbaru dalam serangkaian peluncuran yang dilakukan oleh militan di wilayah Palestina yang hancur. Menteri Pertahanan Israel Israel Katz memperingatkan minggu ini akan adanya serangan balasan yang lebih intens jika serangan tersebut terus berlanjut.
Setelah lebih dari 14 bulan perang antara Israel dan militan Hamas Palestina di Gaza, peluncuran semacam itu menjadi jarang terjadi. Kekerasan meningkat sejak akhir Desember ketika Israel melanjutkan serangan darat dan udara besar-besaran selama tiga bulan di wilayah utara.
Militer mengatakan salah satu roket pada hari Jumat “jatuh di dekat komunitas Nir Am”, di Israel di ujung timur laut Gaza, sementara roket kedua mendarat di daerah tak berpenghuni.
Sebelumnya pada hari itu, dikatakan bahwa roket lain yang ditembakkan dari Gaza telah memicu sirene di dekat Beeri, di seberang Gaza tengah.
Tidak ada korban luka yang dilaporkan.
Di Gaza, petugas pertolongan pertama mengatakan mereka menemukan 16 jenazah warga Palestina, beberapa di antaranya adalah anak-anak.
Serangan itu terjadi di Kota Gaza, kamp pengungsi Maghazi di tengah dan kota Rafah di selatan, kata Mahmud Bassal, juru bicara Pertahanan Sipil Gaza.
“Jumat adalah hari yang berat bagi warga Gaza, khususnya di Kota Gaza, karena pemboman Israel yang terus menerus,” katanya kepada AFP.
Beberapa korban jiwa terjadi dalam serangan dan penembakan di Gaza utara dan tengah, dan dua di antaranya terjadi di selatan, katanya.
Tiga anak tewas dalam penembakan Israel di lingkungan Zietun di Kota Gaza, sementara serangan udara menewaskan dua orang di wilayah selatan Rafah, kata Pertahanan Sipil.
Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pada hari terakhir, “angkatan udara Israel menyerang sekitar 40 titik berkumpul teroris Hamas” di seluruh Gaza.
Beberapa target “terletak di wilayah yang sebelumnya berfungsi sebagai sekolah”, katanya.
Bassal membantah tuduhan militer, dan menuduh militer “mencegah makanan dan air minum menjangkau puluhan staf medis, pasien, dan korban luka” di Rumah Sakit Indonesia di kota Beit Lahia di Jalur Gaza utara.