Sekretaris Penerangan Tehreek-e-Insaf (PTI) Pakistan Sheikh Waqas Akram mengecam kasus korupsi senilai £190 juta terhadap mantan perdana menteri Imran Khan dan istrinya, Bushra Bibi, dan menyebutnya sebagai “contoh terburuk dari viktimisasi politik.”
Berbicara pada konferensi pers di Peshawar pada hari Senin, Akram memperingatkan bahwa masyarakat tidak akan mentolerir ketidakadilan lebih lanjut terhadap mantan perdana menteri yang dipenjara.
Pernyataan Akram tersebut menyusul penundaan putusan kasus tersebut, yang seharusnya disampaikan hari ini, namun dijadwal ulang menjadi 6 Januari oleh pengadilan akuntabilitas Islamabad.
Ia mengungkapkan rasa frustrasinya atas penundaan tersebut, mempertanyakan mengapa putusan ditunda dan apa yang menyebabkan komplikasi dalam penyampaian putusan.
Pimpinan PTI menyatakan bahwa kasus tersebut bermotif politik, dan menggambarkannya sebagai “balas dendam politik.” Dia mengkritik pemerintah karena menggunakan kasus ini untuk menargetkan Khan, yang disebutnya sebagai “pemimpin terbesar” Pakistan, dan memperingatkan bahwa situasi tersebut akan menarik perhatian internasional.
Dia menegaskan kembali bahwa kasus tersebut didasarkan pada “cerita yang dibuat-buat” dan mengklaim bahwa itu adalah upaya untuk menekan Khan agar tunduk pada tuntutan pemerintah.
Kasus senilai £190 juta ini berkisar pada tuduhan korupsi, dengan tuduhan bahwa Khan dan istrinya menyalahgunakan dana terkait dengan Al-Qadir Trust.
Akram membela pendiri PTI, dengan menyatakan bahwa Khan hanyalah wali amanat dan tidak ada substansi dalam kasus tersebut. PTI terus mengklaim bahwa tuduhan terhadap pemimpin mereka adalah bagian dari kampanye pelecehan politik yang lebih luas yang dilakukan oleh pemerintah yang berkuasa.