Kekerasan dan pemaksaan telah mengakibatkan penurunan populasi Kristen hingga 90% di wilayah yang berada di bawah kendali Hamas atau Otoritas Palestina, menurut sebuah studi baru yang dilakukan oleh Pusat Keamanan dan Luar Negeri Yerusalem (JCFA).

Pada tahun 1922, umat Kristen merupakan 11% dari populasi. Saat ini, pada tahun 2024, jumlahnya hanya 1%.

Penelitian JCFA, yang dipimpin oleh Letkol (res.) Maurice Hirsch dan Jaksa Tirza Shorr, menemukan emigrasi massal umat Kristen, khususnya dari kota-kota bersejarah seperti Betlehem.

“Demografi tidak berbohong. Kita menyaksikan penurunan signifikan sebesar 80-90% dalam populasi Kristen di kota-kota besar,” para peneliti menekankan.

Populasi Kristen di Gaza menyusut dari 5.000 sebelum Hamas mengambil alih wilayah tersebut menjadi hanya 1.000 pada Oktober 2023, demikian temuan laporan tersebut.

Serangan Israel merusak Gereja Ortodoks Yunani di Kota GazaGereja Ortodoks Yunani di Kota Gaza (kredit: REUTERS/MOHAMMED AL-MASRI)

JCFA menjelaskan, diskriminasi agama dan hukum, penodaan tempat suci, dan pengucilan sosial menjadi penyebab menurunnya populasi umat Kristiani.

Kota Betlehem digunakan sebagai ilustrasi tentang apa yang JCFA sebut sebagai “penghapusan demografi Kristen”.

Pada tahun 1950, Betlehem dan desa-desa sekitarnya 86% beragama Kristen.

Namun, hal ini telah berkurang sejak tahun 1994, ketika Otoritas Palestina mengambil alih kota tersebut. Sensus terakhir pada tahun 2017 menunjukkan bahwa Betlehem memiliki 10% keluarga Kristen, namun banyak dari mereka yang meninggalkan, atau akan meninggalkan negara tersebut, karena kesulitan dan ketidakstabilan sosio-ekonomi yang sistemik, diskriminasi, dan pelecehan, termasuk terhadap pendeta Kristen, oleh warga Muslim Palestina dan kelompok yang didominasi Islam. Otoritas Palestina.

Betlehem juga menjadi contoh orang Kristen yang dipaksa masuk Islam, sebuah fenomena yang diperingatkan oleh Uskup Alexios dari Gaza pada tahun 2016. “Umat Kristen yang masuk Islam melakukannya di bawah ancaman dan kekerasan,” kata Alexios saat itu.


Tetap update dengan berita terbaru!

Berlangganan Buletin The Jerusalem Post


“Eksodus massal umat Kristen berisiko merusak kelangsungan agama Kristen di tempat kelahirannya,” tambah laporan itu.

Laporan tersebut juga mengumpulkan kesaksian mengenai kekerasan dan pelecehan terhadap umat Kristen, terutama terhadap anak perempuan, sejak Otoritas Palestina mengambil alih kekuasaan.

Klan Muslim dilaporkan juga menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan perselisihan.

Namun sebagian besar kasus tidak dilaporkan karena takut akan pembalasan dan kurangnya penegakan hukum.

“Kelangsungan hidup agama Kristen di tempat kelahirannya bergantung pada kesadaran dan tindakan. Keheningan memperkuat para pelaku dan membuat para korban tidak memiliki dukungan internasional,” kata Hirsch.

“Tidak dapat diterima bahwa pada tahun 2025, umat Kristen di Otoritas Palestina takut melaporkan insiden kebencian terhadap mereka karena takut ditangkap atau lebih buruk lagi,” laporan tersebut menyimpulkan.





Sumber

Patriot Galugu
Patriot Galugu is a highly respected News Editor-in-Chief with a Patrianto Galugu completed his Bachelor’s degree in Business – Accounting at Duta Wacana Christian University Yogyakarta in 2015 and has more than 8 years of experience reporting and editing in major newsrooms across the globe. Known for sharp editorial leadership, Patriot Galugu has managed teams covering critical events worldwide. His research with a colleague entitled “Institutional Environment and Audit Opinion” received the “Best Paper” award at the VII Economic Research Symposium in 2016 in Surabaya.