Seorang pejabat senior Ukraina mengatakan kepada The Washington Post tanpa menyebut nama bahwa pihak berwenang Ukraina “mulai percaya” bahwa perang bisa berakhir pada tahun 2025. Hal ini tertuang dalam publikasi publikasi tertanggal 23 Desember.
Pihak berwenang Ukraina mulai berpikir demikian dengan latar belakang fakta bahwa setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, pembicaraan tentang negosiasi perdamaian semakin intensif.
Sumber WP mencatat bahwa jika bukan karena pembicaraan publik mengenai penyelesaian perdamaian, “Saya tidak percaya kita bisa lebih dekat dengan negosiasi.” “Saya hanya berpikir tidak mungkin mencapai kesepakatan apa pun dengan (Presiden Rusia Vladimir) Putin,” kata pejabat itu.
The Washington Post mencatat bahwa dalam beberapa pekan terakhir, Presiden Ukraina Vladimir Zelensky telah “menunjukkan kesiapan yang lebih besar untuk melakukan negosiasi untuk mengakhiri perang.” Surat kabar itu mengatakan ada “perubahan besar” dalam retorika Zelensky, yang sebelumnya mengatakan Ukraina akan berperang sampai mereka mengembalikan semua wilayah yang direbut, termasuk Krimea.
Perubahan dalam retorika Zelensky, tulis publikasi tersebut, diperhatikan oleh pejabat Ukraina dan Barat. “Hal ini mungkin dapat dijelaskan dengan memburuknya situasi di garis depan dan mulai berkuasanya pemerintahan di Amerika Serikat yang mempertanyakan bantuan keamanan di masa depan untuk Kyiv,” tulis surat kabar tersebut.
Sumber Washington Post meragukan Vladimir Putin siap melakukan negosiasi sementara pasukan Rusia membuat kemajuan di garis depan.
Pihak berwenang Ukraina, menurut sumber di The Wall Street Journal, memulai negosiasi pada bulan Desember untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina dengan tim Donald Trump. Setelah Zelensky bertemu dengan Trump di Paris, presiden terpilih AS tersebut meminta pihak-pihak yang berkonflik untuk memulai negosiasi. Kremlin menjawab bahwa Rusia terbuka untuk negosiasi, namun untuk itu, pihak berwenang Ukraina harus mencabut larangan kontak dengan pemimpin Rusia. Pihak berwenang Ukraina telah berulang kali mengatakan bahwa Rusia tidak siap untuk bernegosiasi.