Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka telah melarang penggunaan pewarna merah No. 3 dalam makanan, minuman, dan obat-obatan yang dikonsumsi, menyusul bukti ilmiah selama lebih dari 30 tahun yang mengaitkan pewarna tersebut dengan kanker pada hewan.
Pewarna merah No. 3, bahan tambahan sintetis yang terbuat dari minyak bumi dan secara kimia dikenal sebagai eritrosin, biasanya digunakan untuk mewarnai makanan dan minuman dengan rona merah ceri cerah. Langkah ini menyusul petisi yang diajukan oleh kelompok advokasi, termasuk Pusat Sains untuk Kepentingan Umum dan Kelompok Kerja Lingkungan, yang mengutip penelitian yang menghubungkan pewarna dengan risiko kanker.
Keputusan ini juga diambil setelah California melarang pewarna tersebut pada bulan Oktober 2023. Produsen yang menggunakan warna merah No. 3 dalam makanan dan obat-obatan akan memiliki waktu masing-masing hingga 15 Januari 2027 dan 18 Januari 2028 untuk memformulasi ulang produk mereka agar mematuhi peraturan baru. . Makanan impor juga harus memenuhi standar baru.
Dr Jerold Mande, profesor nutrisi di Universitas Harvard, menyambut baik keputusan tersebut sebagai langkah yang sudah lama tertunda, dengan menyatakan, “Tindakan FDA hari ini sudah lama tertunda, merupakan langkah kecil ke arah yang benar, dan mudah-mudahan menandakan upaya baru oleh FDA. untuk melakukan tugasnya meskipun terdapat banyak hambatan yang dihadapi oleh industri makanan.”
Ken Cook, salah satu pendiri Kelompok Kerja Lingkungan, menyebut larangan tersebut sebagai “kemenangan monumental” bagi kesehatan konsumen. “Kami tidak akan merayakan keputusan bersejarah ini hari ini tanpa kepemimpinan yang tiada henti dari para aktivis kesehatan masyarakat seperti Michael Jacobson dan pihak lain yang melakukan perjuangan ini beberapa dekade lalu atas nama konsumen,” kata Cook.
Pewarna merah No. 3 ditemukan di berbagai produk, termasuk permen, makanan, dan minuman. Namun, beberapa merek besar, seperti Ferrara, pembuat permen Brach, sudah mulai menghentikan penggunaan pewarna tersebut secara bertahap. Kurang dari 10% produk Ferrara masih mengandung bahan tambahan tersebut, menurut perusahaan.
Pewarna ini telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk kanker pada hewan. Pada tahun 1990, FDA melarang penggunaannya dalam kosmetik dan obat topikal karena temuan karsinogenik pada tikus percobaan, namun tetap diizinkan untuk digunakan dalam makanan.
Meskipun banyak evaluasi ulang, FDA menyatakan bahwa penelitian tidak menunjukkan risiko langsung terhadap kesehatan manusia dari pewarna dalam makanan, meskipun para ahli berpendapat bahwa Klausul Delaney dari Undang-Undang Makanan, Obat, dan Kosmetik Federal memerlukan larangan jika suatu zat menyebabkan kanker pada hewan. atau manusia.
Keputusan ini menandai pergeseran menuju keselamatan konsumen yang lebih besar, membawa peraturan AS lebih dekat ke Uni Eropa, yang melarang pewarna merah No. 3 pada tahun 1994. Beberapa negara bagian, termasuk California, juga telah melarang pewarna makanan lainnya karena kekhawatiran mengenai dampak perilaku terhadap konsumen. anak-anak.
Dr Thomas Galligan, ilmuwan utama di Pusat Sains untuk Kepentingan Umum, menyebut larangan tersebut sebagai langkah penting. Namun, dia menekankan bahwa FDA harus mengatasi masalah yang lebih luas dalam sistem peraturan keamanan pangan untuk mencegah penundaan serupa di masa depan.
Ketika larangan FDA mulai berlaku, produsen perlu mencari bahan pewarna alternatif, seperti pewarna merah No. 40, yang dianggap tidak terlalu berbahaya, meskipun kekhawatiran mengenai hal tersebut masih ada. Perdebatan yang sedang berlangsung mencerminkan kekhawatiran yang lebih luas mengenai bahan tambahan makanan dan potensi dampak kesehatannya.
Bagi konsumen yang khawatir menghindari pewarna merah No. 3, disarankan untuk memeriksa label bahan untuk “merah 3” atau “FD&C Merah #3”. FDA telah mewajibkan produsen untuk mencantumkan pewarna pada label, sehingga konsumen dapat menghindari penggunaannya sampai larangan tersebut diterapkan sepenuhnya.
Larangan ini merupakan kemenangan bagi para pendukung kesehatan konsumen, namun juga menyoroti ketegangan yang sedang berlangsung antara masalah kesehatan masyarakat dan praktik industri makanan.