NATO mengerahkan pesawat tempurnya pagi ini sebagai respons terhadap pemboman sengit Rusia terhadap Ukraina di dekat perbatasannya dengan Polandia.

Serangan Rusia – yang menyerang fasilitas energi vital pada minggu-minggu terdingin di musim dingin – dipimpin oleh pesawat pengebom strategis Tu-22 dan Tu-95 milik Vladimir Putin.

Serangan tersebut dipandang sebagai balas dendam instan atas serangan udara Ukraina terhadap Rusia pada hari Selasa, yang merupakan serangan terberat dalam perang hampir tiga tahun.

Secara khusus, Putin terguncang oleh penggunaan rudal British Storm Shadow dan ATACMS Amerika oleh Ukraina yang menghantam fasilitas pertahanan utama termasuk pabrik kimia di wilayah Bryansk.

Pasukan NATO bersiaga penuh di Polandia dengan pesawat-pesawat tempur dikerahkan, kata markas komando operasional negara tersebut.

“Pasangan tempur yang bertugas telah dikerahkan, dan sistem pertahanan udara serta pengintaian radar berbasis darat telah mencapai tingkat kesiapan tertinggi,” kata sebuah pernyataan.

‘Langkah-langkah yang diambil bertujuan untuk menjamin keamanan di wilayah yang berbatasan dengan wilayah yang terancam.’

Gambar file menunjukkan jet tempur F4 standar Rafale B milik angkatan udara Prancis terbang sebagai bagian dari misi Enhanced Air Policing (eAP) NATO di Negara Baltik, pada 17 Desember 2024

Andriy Sadovyi, Walikota Lviv, mengatakan: ‘Selama serangan pagi hari, rudal jelajah musuh tercatat berada di wilayah tersebut.

‘Musuh menyerang infrastruktur energi di wilayah kami dan (tempat lain di) Ukraina.’

Sumber

Patriot Galugu
Patriot Galugu is a highly respected News Editor-in-Chief with a Patrianto Galugu completed his Bachelor’s degree in Business – Accounting at Duta Wacana Christian University Yogyakarta in 2015 and has more than 8 years of experience reporting and editing in major newsrooms across the globe. Known for sharp editorial leadership, Patriot Galugu has managed teams covering critical events worldwide. His research with a colleague entitled “Institutional Environment and Audit Opinion” received the “Best Paper” award at the VII Economic Research Symposium in 2016 in Surabaya.