Perusahaan-perusahaan Amerika membayar lebih banyak uang kepada negara Rusia pada tahun 2023 dibandingkan pada tahun 2022, menurut aktivis pro-Ukraina

Perusahaan-perusahaan Amerika yang masih aktif di Rusia membayar pajak sebesar $1,2 miliar kepada negara Rusia pada tahun 2023, menurut angka yang diterbitkan oleh Newsweek pada hari Sabtu. Lebih dari 300 perusahaan Amerika diyakini masih beroperasi di Rusia.

Angka-angka tersebut diberikan kepada Newsweek oleh B4Ukraine, sebuah kelompok LSM yang disponsori Kiev dan telah menghabiskan tiga tahun terakhir mendesak perusahaan-perusahaan Barat agar memutuskan hubungan mereka dengan Moskow.

Menurut kelompok tersebut, lima perusahaan yang membayar pajak keuntungan terbanyak ke Rusia pada tahun 2023 adalah perusahaan tembakau Philip Morris International ($220 juta), perusahaan minuman PepsiCo ($135 juta), perusahaan penganan Mars ($99 juta), barang konsumsi kesehatan dan kebersihan perusahaan Procter & Gamble ($67 juta), dan perusahaan penganan Mondelez.

Perusahaan-perusahaan Amerika membayar total pajak sebesar $1,2 miliar kepada negara Rusia pada tahun 2023, naik dari $712 juta pada tahun 2022, menurut laporan sebelumnya yang dikumpulkan oleh B4Ukraine. Kontribusi mereka menjadikan AS sebagai sumber pajak luar negeri terbesar yang dibayarkan ke Rusia.


Meskipun banyak perusahaan Barat yang berhenti beroperasi di Rusia setelah konflik Ukraina meningkat pada tahun 2022, menurut penelitian dari Yale School of Management, terdapat 123 perusahaan besar Amerika yang masih bertahan. Ketika usaha kecil dan menengah diperhitungkan, Yale memperkirakan sekitar 328 perusahaan Amerika aktif di Rusia.

Selain kampanye tekanan yang diselenggarakan oleh perusahaan seperti B4Ukraina, sanksi Barat juga berperan dalam memaksa beberapa perusahaan keluar dari pasar Rusia. Raksasa barang konsumen asal Inggris, Unilever, menarik diri dari Rusia pada bulan Oktober, dengan CEO Hein Schumacher mengeluh bahwa perusahaan tersebut menghadapi kesulitan dalam mengeluarkan uang tunai dari Rusia dan mengalami masalah dalam meninjau hasil keuangan dan mengendalikan bagaimana merek mereka dikelola.

Menurut aturan divestasi yang diperkenalkan oleh pemerintah Rusia tahun lalu, perusahaan yang keluar dari Rusia perlu mendapatkan izin pemerintah untuk menjual asetnya, dan diharuskan menjual asetnya dengan diskon 50% dan membayar pajak keluar antara 10% dan 15%.

Antara Februari 2022 dan Desember 2023, perusahaan-perusahaan yang menjual operasi mereka di Rusia mengalami kerugian gabungan sebesar $103 miliar, New York Times melaporkan, mengutip catatan keuangan. Perusahaan-perusahaan ini juga menyerahkan setidaknya $1,25 miliar pajak keluar kepada negara Rusia, tambah surat kabar itu.

Sumber

Juliana Ribeiro
Juliana Ribeiro is an accomplished News Reporter and Editor with a degree in Journalism from University of São Paulo. With more than 6 years of experience in international news reporting, Juliana has covered significant global events across Latin America, Europe, and Asia. Renowned for her investigative skills and balanced reporting, she now leads news coverage at Agen BRILink dan BRI, where she is dedicated to delivering accurate, impactful stories to inform and engage readers worldwide.