Politik Pakistan pada dasarnya berdiri di atas pilar-pilar besar konflik yang selalu dilanda gempa dan hal baiknya adalah konflik-konflik ini juga dianggap sebagai jaminan keberhasilan. Oleh karena itu, alih-alih mengakhiri konflik-konflik tersebut, konflik-konflik tersebut tidak hanya dipicu oleh berbagai pernyataan, slogan dan keputusan, namun sebuah kipas yang dilemparkan ke atas bara api yang menyatakan bahwa jika api tidak tersulut, maka tidak akan ada kesenangan dalam politik Pakistan. . Hal serupa terlihat dalam negosiasi baru-baru ini antara pemerintah dan oposisi.
Tanggal 16 Januari 2025 akan dikenang sebagai hari penting dalam politik Pakistan, ketika perundingan putaran ketiga antara pemerintah dan Tehreek-e-Insaf (PTI) Pakistan menunjukkan kemajuan yang signifikan. Pembicaraan tersebut diadakan dengan harapan dapat mengakhiri kebuntuan yang sudah berlangsung lama, dimana ketegangan antara dua negara adidaya telah membuat masyarakat frustrasi. Berita ini sungguh melegakan masyarakat, karena setiap langkah menuju stabilitas politik dapat membantu meringankan tantangan ekonomi dan sosial yang dihadapi negara ini. Namun, meskipun terdapat perkembangan positif, tidaklah tepat untuk membiarkan kehati-hatian dalam arena politik, karena upaya-upaya tersebut telah berulang kali gagal di masa lalu.
PTI telah mengajukan tuntutannya secara tertulis kepada pemerintah, yang tentunya menunjukkan keinginannya untuk menyelidiki insiden masa lalu dan mencari keadilan. Tuntutan ini secara khusus berfokus pada isu-isu seperti peristiwa 9 Mei 2024, penggunaan kekerasan terhadap pengunjuk rasa, dan penutupan internet. PTI juga menuntut agar rincian pekerja yang ditangkap dan penyiksaan yang dialami mereka diberikan. Ada juga seruan untuk penyelidikan atas tuduhan kemungkinan sensor media dan pelecehan terhadap jurnalis. Tuntutan-tuntutan ini tampaknya sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi, namun ada juga aspek politik yang terkait dengannya yang menimbulkan pertanyaan seberapa nyata motif di balik tuntutan-tuntutan tersebut.
Alih-alih mengambil sikap kaku atau tidak fleksibel, pemerintah mengambil pendekatan positif selama negosiasi. Komite perundingan pemerintah tidak hanya menanggapi tuntutan PTI dengan serius namun juga mengindikasikan bahwa mereka akan mempercayai pimpinan PTI untuk berkonsultasi lebih lanjut mengenai hal-hal tersebut. Sikap pemerintah kali ini terasa lembut dan bijaksana, sangat dibutuhkan dalam situasi saat ini. Kebuntuan dan konfrontasi politik di masa lalu telah menciptakan kesenjangan yang lebar antar partai politik, dan diperlukan strategi praktis serupa untuk menjembataninya. Relaksasi yang dilakukan pemerintah ini menimbulkan secercah harapan di kalangan masyarakat bahwa keadaan saat ini bisa saja berbeda.
Perkembangan besar lainnya terjadi ketika pendiri Tehreek-e-Insaf saat berbincang dengan wartawan di ruang sidang Penjara Adiala membenarkan pertemuan Ketua PTI Pengacara Gauhar dengan Panglima Angkatan Darat dalam bentuk penolakan pertama dan kemudian pengakuan. Pernyataan tersebut penting dalam beberapa hal, karena menunjukkan bahwa upaya untuk meredakan ketegangan sedang dilakukan pada tingkat selain negosiasi. Pertemuan ini bisa menjadi indikasi adanya upaya serius untuk membawa segala sesuatunya ke arah yang lebih baik. Namun, setelah terungkapnya hal ini berbagai spekulasi bermunculan di kalangan masyarakat dan politik.
Jawaban atas pertanyaan ini tidak bisa diberikan secara afirmatif, namun melihat tren perundingan saat ini, dapat dikatakan bahwa proses pencairan es telah dimulai. Membangun kembali kepercayaan antara kedua pihak adalah proses yang sulit namun mungkin dilakukan, dan kemajuan yang dicapai dalam situasi saat ini mungkin merupakan langkah pertama menuju pembangunan kepercayaan tersebut. Jika kemajuan ini terus berlanjut dan ketulusan ditunjukkan selama negosiasi, mungkin akan membantu untuk menemukan solusi terhadap krisis ini. Namun, jika salah satu pihak mencoba menyabotase perundingan demi keuntungan politik mereka sendiri, konsekuensinya akan lebih rumit.
Terlalu dini untuk mengatakan bahwa proses negosiasi saat ini akan mengakhiri konfrontasi sepenuhnya. Negosiasi antara kedua belah pihak telah dimulai di masa lalu, namun tak lama kemudian tidak membuahkan hasil. Namun, dalam situasi saat ini, sikap relaksasi kedua belah pihak merupakan pertanda positif. Partai politik harus menyadari bahwa kepercayaan masyarakat terhadap mereka semakin melemah dan jika perundingan saat ini gagal maka akan berdampak buruk bagi keduanya. Inilah saatnya untuk mengutamakan kepentingan pribadi dan bekerja demi kesejahteraan masyarakat.
Melihat tuntutan PTI, timbul pertanyaan pula, apakah menurut mereka keadilan hanya sebatas pada pekerjanya? Harus ada investigasi terhadap peristiwa 9 Mei, tapi apakah investigasi juga akan mengkaji siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan properti publik dan pemerintah selama protes? Jika ingin ada keadilan sejati, maka keadilan harus benar-benar tidak memihak. Pemerintah juga bertanggung jawab untuk mengambil langkah-langkah yang tidak hanya menjamin terwujudnya keadilan namun juga menyampaikan pesan kepada masyarakat bahwa hukum itu setara bagi semua orang.
Dalam negosiasi dengan pemerintah, PTI berusaha memberikan kesan bahwa mereka mewakili demokrasi dan supremasi hukum. Namun pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa PTI seringkali menyimpang dari perkataannya sendiri. Jika negosiasi saat ini ingin berhasil, kedua belah pihak harus menunjukkan bahwa mereka akan menepati komitmen mereka. Masyarakat menaruh harapan besar pada kedua partai politik tersebut dan jika mereka kembali mengecewakan, maka negaralah yang akan menanggung beban terbesarnya.
Tantangan terbesar bagi pemerintah adalah menyukseskan negosiasi ini dan membawa negara menuju stabilitas politik. Aspek penting dari negosiasi saat ini juga adalah apakah pemerintah akan mengadopsi strategi komprehensif dengan mempercayai partai politik lain. Jika semua partai politik berusaha keluar dari krisis ini bersama-sama, hal ini akan menguntungkan seluruh sistem. Namun, jika prosesnya masih terbatas antara pemerintah dan PTI, dampaknya mungkin akan terbatas.
Sulit untuk mengatakan apakah negosiasi akan berhasil sepenuhnya dalam situasi saat ini, namun jelas bahwa proses saat ini telah membawa kedua belah pihak kembali ke meja perundingan. Jika sikap positif kedua belah pihak tetap terjaga dan kepentingan politik diutamakan di atas kepentingan nasional, maka krisis yang terjadi saat ini dapat teratasi. Para pemimpin politik harus memahami bahwa negara tidak dapat melakukan konfrontasi lagi dan setiap momen yang terbuang akan merugikan masa depan rakyat.
Sudah waktunya bagi pemerintah dan PTI untuk beralih dari strategi politik mereka dan fokus pada isu-isu publik. Masyarakat telah lama menanggung beban konfrontasi politik ini, dan inilah saatnya untuk membawa negara ini keluar dari krisis ini dan menuju jalur pembangunan serta kemakmuran. Ini adalah momen yang menentukan, dan jika kedua belah pihak memanfaatkan peluang ini, hari ini akan dikenang sebagai awal perubahan positif dalam sejarah Pakistan.
Catatan: Express News dan kebijakannya belum tentu sejalan dengan pandangan blogger ini.
Jika Anda juga ingin menulis blog berbahasa Urdu untuk kami, ambillah pena dan kirimkan esai sepanjang 800 hingga 1.200 kata beserta foto Anda, nama lengkap, nomor telepon, ID Facebook dan Twitter, serta perkenalan singkat namun ringkas (dilindungi email ). Silakan kirim surat.