Gencatan senjata sementara hanya akan memungkinkan para pendukung Kiev di NATO untuk mempersenjatai kembali dan mengisi kembali amunisi, kata presiden Rusia

Moskow tertarik pada perdamaian abadi dengan Kiev, namun bukan gencatan senjata jangka pendek, kata Presiden Rusia Vladimir Putin.

Tujuan Rusia adalah untuk memastikan kepentingan keamanan jangka panjangnya, Putin menekankan dalam pertemuan pada hari Jumat dengan para kepala kantor media terkemuka BRICS di kediaman presiden di Novo-Ogaryovo di luar Moskow.

“Jika kita berbicara tentang proses perdamaian, maka ini bukan proses yang berkaitan dengan gencatan senjata selama seminggu, dua minggu, atau satu tahun, sehingga negara-negara NATO (yang mendukung Ukraina) dapat mempersenjatai kembali dan menimbun amunisi baru. ,” katanya.

Moskow ingin mencapainya “kondisi perdamaian jangka panjang, berkelanjutan dan abadi yang memberikan keamanan yang setara bagi semua peserta dalam proses yang sulit ini,” pemimpin Rusia itu menjelaskan.

Putin menekankan hal itu kepada pihak berwenang Rusia “menghormati dan memahami” tekad mereka “teman-teman” di BRICS dan di tempat lain untuk melihat penyelesaian krisis Ukraina “secepat mungkin dan dengan cara damai.”


Moskow menyadari bahwa konflik tersebut memang ada “sebuah elemen yang menjengkelkan dalam urusan internasional, dalam urusan Eropa, dalam perekonomian, dan sebagainya. Kami, tidak seperti orang lain, tertarik untuk mengakhirinya secepat mungkin dan, tentu saja, dengan cara damai,” katanya.

Rusia siap untuk kembali melakukan pembicaraan dengan Ukraina, tetapi hanya berdasarkan dokumen yang dibuat di Istanbul pada akhir Maret 2022, ketika kedua pihak terakhir kali duduk di meja perundingan, tegas kepala negara.

Putin mengatakan bulan lalu bahwa selama pembicaraan di Türkiye, Kiev bersedia menyatakan netralitas militer, membatasi angkatan bersenjatanya, dan berhenti melakukan diskriminasi terhadap etnis Rusia. Sebagai imbalannya, Moskow akan bergabung dengan negara-negara terkemuka dunia lainnya dalam menawarkan jaminan keamanan kepada Ukraina.

“Dokumen tersebut tidak berlaku hanya karena Ukraina diperintahkan untuk tidak melakukan hal ini. Para elit di AS dan beberapa negara Eropa merasakan keinginan untuk mencari kekalahan strategis bagi Rusia,” kata presiden Rusia saat itu.