KARACHI:

Jamiat Ulema-e-Islam-Fazl (JUI-F) Emir Maulana Fazlur Rehman mengecam lembaga tersebut, menuduhnya memprioritaskan cengkeramannya pada kekuasaan dan mengabaikan prinsip-prinsip benar dan salah.

“Satu-satunya kekhawatiran mereka adalah mempertahankan kekuasaan mereka. Pemerintahan mengolok-olok suara rakyat, jadi mengapa masyarakat tidak boleh mengejek pemerintah sebagai balasannya?” dia bertanya saat konferensi pers di Karachi pada hari Sabtu.

Ia mengklaim bahwa pernyataan pemerintah yang bersikap apolitis adalah sebuah hal yang kontradiktif dan menyebutnya sebagai sikap politik yang terselubung. “Bahkan rezim darurat militer telah berhasil menyelesaikan masa kekuasaannya,” ujarnya.

Ia merujuk pada dugaan campur tangan dalam pemilu, dengan mengatakan, “Mereka memastikan kemenangan seorang kandidat yang tidak bisa memenangkan satu TPS pun. Praktik-praktik seperti itu terus mengikis kesucian demokrasi dan konstitusi.”

Politisi veteran tersebut menyatakan kekecewaannya terhadap para pemimpin politik tertentu, dan menuduh mereka meremehkan demokrasi dan prinsip-prinsip konstitusi demi keuntungan pribadi. “Keluhan kami terhadap para pemimpin politik yang gagal menegakkan norma-norma demokrasi dan hanya tertarik pada kekuasaan mereka sendiri,” keluhnya.

Komentarnya muncul di tengah protes JUI-F yang sedang berlangsung terhadap dugaan manipulasi hasil pemilihan sela PB-45 Majelis Balochistan.

Mengenai isu-isu nasional yang lebih luas, Fazl menekankan pentingnya menyelesaikan masalah melalui konsensus. “Kita harus memperbaiki sistem negara (yang sudah ada),” tegasnya.

Ulama sekaligus politisi ini juga menyinggung mengenai reformasi pendidikan, dan mengakui peraturan parlemen yang mengatur dan mendaftarkan madrasah.

Meskipun ia mencatat bahwa peraturan presiden telah memberikan keringanan dalam proses pendaftaran, ia menambahkan, “Kami tidak keberatan dengan reformasi ini, namun kami harus memastikan bahwa reformasi tersebut menghormati otonomi lembaga-lembaga ini.”

Menyikapi spekulasi belakangan ini, Fazl mengklarifikasi bahwa pertemuannya dengan Menteri Dalam Negeri Mohsin Naqvi bersifat pribadi. “Beliau sering mengunjungi kediaman saya, dan diskusi kami bersifat privat,” ujarnya.

Fazl menegaskan kembali rasa hormatnya kepada Menteri Pendidikan Federal Khalid Maqbool Siddiqui tetapi tidak bisa menahan diri untuk tidak disindir. “Meski dia menteri pendidikan federal, dia sering datang ke rumah saya untuk ‘mempelajari’ berbagai isu,” ujarnya.

Di bidang perekonomian, ia menyerukan transparansi dan mendesak, “Kebenaran tentang kondisi perekonomian bangsa harus diungkapkan”.

Sumber

Juliana Ribeiro
Juliana Ribeiro is an accomplished News Reporter and Editor with a degree in Journalism from University of São Paulo. With more than 6 years of experience in international news reporting, Juliana has covered significant global events across Latin America, Europe, and Asia. Renowned for her investigative skills and balanced reporting, she now leads news coverage at Agen BRILink dan BRI, where she is dedicated to delivering accurate, impactful stories to inform and engage readers worldwide.