Menteri Energi Federal, Awais Leghari, mengumumkan bahwa pembicaraan yang sedang berlangsung dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dapat menghasilkan pengurangan tarif listrik sebanyak Rs10 hingga 12 per unit.

Berbicara kepada media di Gedung Parlemen, Leghari mengungkapkan bahwa negosiasi ulang dengan Produsen Listrik Independen (IPP) telah menghemat negara sebesar Rs1,100 miliar, dan penghematan tersebut bermanfaat bagi masyarakat umum melalui harga listrik yang lebih rendah.

Menteri menambahkan bahwa pemerintah kini fokus untuk meninjau kembali perjanjian dengan pembangkit listrik milik negara, sebuah langkah yang diharapkan dapat menghasilkan penghematan tambahan bagi konsumen. “Kami membawa 15 kontrak IPP lagi ke kabinet untuk ditinjau, dan kami mengharapkan lebih banyak lagi penghematan bagi masyarakat,” katanya.

Leghari juga mengomentari masalah yang sedang berlangsung dengan K-Electric, yang menuntut sejumlah besar uang di bawah tarif multi-tahunnya.

“Kami yakin tarif ini tidak dapat dibenarkan dan harus diturunkan. NEPRA akan mengambil keputusan yang melayani kepentingan rakyat,” ujarnya.

Terkait upaya pemberantasan pencurian listrik, khususnya di Khyber-Pakhtunkhwa (KP), Leghari menjelaskan, meski sudah banyak pertemuan dengan pemerintah provinsi, kemajuannya masih lambat. “Perusahaan kami menghadapi kerugian tambahan sebesar Rp6 miliar karena pencurian yang terus menerus dan kurangnya kerja sama,” ujarnya.

Ke depan, Menteri menegaskan bahwa diskusi dengan 16 IPP lainnya sedang berlangsung, dengan tujuan merevisi kontrak untuk lebih mengurangi biaya listrik. Dia juga menyebutkan bahwa pembangkit listrik pemerintah akan segera menjalani peninjauan kembali terhadap laba atas ekuitasnya, yang selanjutnya dapat mempengaruhi tarif di masa depan.

Tarif listrik dipangkas 75 paisa

Otoritas Pengaturan Tenaga Listrik Nasional (Nepra) baru-baru ini menurunkan tarif listrik hingga 75 paisa per unit untuk konsumen perusahaan distribusi listrik bekas Wapda (DISCO) dan K-Electric karena penyesuaian biaya bahan bakar (FCA).

Regulator sektor ketenagalistrikan memotong tarif hingga Rs0,7556 per unit untuk DISCO karena variasi biaya bahan bakar pada November 2024.

Bagi konsumen K-Electric, pihaknya memangkas harga listrik sebesar Rs0,4919 per kilowatt-hour (kWh) untuk Oktober 2024. Penggantian biaya pengurangan tarif akan dimasukkan ke dalam tagihan listrik untuk Januari 2025.

Membahas penerapan tarif DISCO, regulator mengatakan bahwa Perusahaan Transmisi dan Pengiriman Nasional (NTDC) melaporkan kerugian transmisi dan transformasi sementara (T&T) sebesar 244.158 gigawatt jam (GWh), setara dengan 2,946%, berdasarkan energi yang disalurkan ke sistem NTDC selama November 2024.

Selain itu, NTDC melaporkan kerugian T&T sebesar 19.528 GWh, atau 3,391%, untuk saluran arus searah tegangan tinggi milik Perusahaan Transmisi Pak Matiari-Lahore (PMLTC).

NTDC diperbolehkan kehilangan T&T sebesar 2,639% pada level 500 kilovolt dan 220kV. Untuk PMLTC, kerugian T&T yang diizinkan mencapai 4,3%.

Oleh karena itu, pada bulan November 2024, kerugian T&T sebesar 263.686 GWh diverifikasi untuk sistem NTDC pada jaringan 500kV dan 220kV dan untuk PMLTC, dengan menjaganya dalam batas yang diizinkan. Kerugian ini dimasukkan dalam perhitungan FCA bulanan.

Sumber

Juliana Ribeiro
Juliana Ribeiro is an accomplished News Reporter and Editor with a degree in Journalism from University of São Paulo. With more than 6 years of experience in international news reporting, Juliana has covered significant global events across Latin America, Europe, and Asia. Renowned for her investigative skills and balanced reporting, she now leads news coverage at Agen BRILink dan BRI, where she is dedicated to delivering accurate, impactful stories to inform and engage readers worldwide.