ISLAMABAD: Pemerintah federal telah mengesampingkan pembebasan pendiri Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) Imran Khan yang dipenjara melalui “perintah eksekutif” dengan mantan partai yang berkuasa menegaskan kembali “tanggal batas” 31 Januari untuk memenuhi tuntutannya. .
“Pembicaraan hanya akan berhasil jika ada keadilan bagi semua pihak,” kata Sekretaris Jenderal PTI Salman Akram Raja saat berbicara kepada saluran berita swasta pada hari Selasa.
Ia menegaskan kembali tuntutan PTI untuk membebaskan “tahanan politik”, termasuk Imran, dan membentuk komisi yudisial untuk menyelidiki peristiwa tindakan keras terhadap pengunjuk rasa PTI pada 9 Mei 2023 dan 26 November. “Jika tuntutan ini tidak dipenuhi…kami akan memikirkan tindakan di masa depan,” tambahnya.
Menanggapi sebuah pertanyaan, Raja mencatat bahwa 31 Januari adalah “tanggal batas” untuk negosiasi dan setelah itu, partainya akan menentukan tindakan selanjutnya.
Pernyataan itu muncul beberapa jam setelah partai berkuasa dan pemerintah akhirnya mengadakan dialog putaran kedua, yang menurut Ketua Majelis Nasional Ayaz Sadiq diadakan dalam suasana yang bersahabat.
“Dalam pertemuan terakhir kami putuskan PTI akan menyampaikan piagam tuntutannya, namun pihak oposisi menuntut pertemuan kembali dengan (pendiri PTI) Imran Khan untuk menuliskan daftar tuntutannya dan pertemuan berikutnya akan diadakan minggu depan, mudah-mudahan,” Sadiq katanya saat berbicara dengan wartawan setelah putaran kedua berakhir.
“Kesimpulan dari perundingan tersebut adalah semua peserta memutuskan untuk duduk bersama demi kemajuan Pakistan (dan) membicarakan isu-isu seperti ekonomi, terorisme dan lainnya,” tambahnya.
Pertemuan tersebut dipimpin oleh Ketua NA di Ruang Komite Konstitusi Gedung Parlemen saat beliau memfasilitasi dan memimpin negosiasi antara Departemen Keuangan dan pihak oposisi.
Sementara itu, ajudan PM bidang politik, Rana Sanaullah menyambut baik “pernyataan positif” Ketua Menteri Khyber Pakhtunkhwa Ali Amin Gandapur dan Raja dalam pertemuan hari ini.
“Komite PTI ingin meminta bimbingan dari pendirinya,” katanya saat berbicara di program Geo News ‘Aaj Shahzeb Khanzada Kay Sath’, sambil mencatat bahwa tim pemerintah tidak memberikan syarat apa pun untuk negosiasi.
Merujuk pada tuntutan PTI untuk membebaskan pendiri PTI, Sanaullah mengatakan mereka akan mempertanyakan mantan partai penguasa tersebut bagaimana cara mengajukan tuntutan tersebut.
Menanggapi pertanyaan tersebut, pemimpin PML-N mengatakan bahwa pihak penguasa tidak meminta partainya untuk mengadakan perundingan atau menghentikan perundingan. Bahkan Dirjen ISPR mengatakan parpol harus saling bicara, tambahnya.
Lebih lanjut, ia menolak tawaran pemerintah untuk membebaskan Imran yang dipenjara, dengan mengatakan bahwa belum ada yang mengeluarkan pernyataan tentang pembebasan pendiri PTI dalam 15 hari.
Deklarasi bersama
Saat membacakan deklarasi bersama pada perundingan putaran kedua pada hari sebelumnya, Senator Irfan Siddiqui mengatakan Ayub dari PTI dan sejumlah pihak lainnya memaparkan pandangan mereka secara rinci.
“Mereka (PTI) menuntut pembebasan Imran Khan dan para pekerjanya yang dipenjara serta pembentukan komisi yudisial atas peristiwa 9 Mei 2023 dan 26 November,” ujarnya.
Lebih lanjut, katanya, pihak oposisi ingin bertemu dengan pendiri PTI yang sedang dipenjara tersebut untuk berkonsultasi guna menyusun “piagam tuntutan”. “Mereka (PTI) mengatakan Imran mengizinkan dimulainya proses perundingan ini..untuk melanjutkan proses secara positif, diperlukan bimbingan Imran,” tambahnya.
Siddiqui mencatat bahwa pihak oposisi setuju untuk mengajukan piagam tuntutan dalam bentuk tertulis setelah berkonsultasi dengan pendiri partai. Dalam pertemuan tersebut, kata dia, pemerintah tidak berkeberatan jika panitia PTI bertemu dengan pendiri yang dipenjara tersebut.
“Disepakati tanggal perundingan putaran ketiga akan diumumkan setelah panitia PTI bertemu dengan Imran,” tutupnya.