Pemimpin PTI Asad Qaiser (kiri) dan Ketua Majelis Nasional Ayaz Sadiq. — APLIKASI/Radio Pakistan/File

Dalam apa yang bisa disebut sebagai terobosan di tengah meningkatnya suhu politik dan ancaman gerakan pembangkangan sipil, pemerintah dan Tehreek-e-Insaf (PTI) Pakistan yang diperangi pada Rabu malam sepakat untuk menggunakan forum parlemen untuk negosiasi tanpa syarat, kata sebuah sumber. Berita Geo.

Perkembangan tersebut terjadi dalam pertemuan antara Ketua Majelis Nasional Ayaz Sadiq dan para pemimpin tertinggi PTI termasuk Asad Qaiser, Omar Ayub dan Ketua Dewan Sunni Ittehad (SIC) Sahibzada Hamid Raza di Gedung Ketua di Islamabad.

Setelah pertemuan penting tersebut, PTI dan pemerintah sepakat untuk duduk di meja perundingan tanpa prasyarat apa pun.

Pertemuan itu diadakan setelah adanya kontak telepon antara Qaiser dan Sadiq, tambah sumber tersebut.

“Pemerintah telah menerima tawaran dialog PTI untuk menciptakan suasana rekonsiliasi (di dalam negeri),” kata sumber pemerintah tersebut.

“Pimpinan PTI mendekati pemerintah untuk berdialog,” kata sumber tersebut, seraya menambahkan bahwa mantan partai berkuasa tersebut menarik kembali tuntutan mereka sebelum pembicaraan.

Sumber pemerintah berpandangan bahwa mereka selalu menganjurkan dialog politik untuk menyelesaikan masalah.

“Dialog adalah satu-satunya jalan maju dalam politik,” kata sumber tersebut, mengutip pejabat pemerintah.

Mantan partai berkuasa membentuk komite negosiasi beranggotakan lima orang yang terdiri dari Omar Ayub Khan, Ali Amin Gandapur, Sahibzada Hamid Raza, Salman Akram Raja dan Asad Qaiser pekan lalu.

Partai yang didirikan Khan menuntut pembebasan “tahanan politik” yang akan diadili dan pembentukan komisi yudisial untuk menyelidiki peristiwa 9 Mei 2023 dan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa PTI pada 26 November.

Menyusul kegagalan protes “lakukan atau mati” PTI, pendiri partai yang dipenjara telah memperingatkan pemerintah untuk meluncurkan gerakan “pembangkangan sipil” jika tuntutannya tidak dipenuhi.

“Jika dua tuntutan ini tidak diterima, gerakan pembangkangan sipil akan diluncurkan mulai 14 Desember,” kata mantan perdana menteri yang dipenjara itu, seraya menambahkan bahwa pemerintah akan bertanggung jawab atas akibat dari gerakan ini. Namun, belakangan sang pendiri partai menunda pembangkangan sipil tersebut

Berbicara kepada wartawan di luar Gedung Parlemen, Ketua Dewan Sunni Ittehad (SIC) Sahibzada Hamid Raza mengatakan bahwa dialog adalah mandat dari lima anggota komite.

Ketika ditanya apakah pemerintah melakukan pendekatan kepada PTI untuk melakukan pembicaraan, Raza berkata: “Ada beberapa hal yang dipercayakan; Omar Ayub akan menjawab pertanyaan ini.”

Dia mengatakan bahwa mereka terbuka untuk melakukan pembicaraan.

Sementara itu, Sekretaris Penerangan PTI Sheikh Waqas Akram mengatakan: “Diskusi informal tidak berarti negosiasi telah dimulai.”

Pembicaraan formal antara pemerintah dan PTI belum dimulai, tambahnya.

Sumber informasi tersebut mengatakan bahwa aliansi yang berkuasa belum membentuk komite untuk melibatkan PTI karena partai yang didirikan Khan tidak melakukan kontak formal untuk melakukan negosiasi.

PPP, sekutu utama PML-N di Pusat, juga tidak menyadari perkembangan baru ini.

Sumber pemerintah mengatakan bahwa negosiasi dengan PTI akan mendapat persetujuan dari Presiden Asif Ali Zardari dan Presiden PML-N Nawaz Sharif.

Menanggapi perkembangan baru ini, Menteri Hukum Azam Nazeer Tarar mengatakan bahwa ketua NA telah membentuk komite perundingan di masa lalu, dan menambahkan bahwa komite yang sama akan mengadakan pembicaraan dengan PTI.

“Tidak ada negosiasi, tidak ada keberhasilan tanpa PPP,” kata sumber di dalam partai yang dipimpin Bilawal Bhutto-Zardari.

Ketua Pengacara PTI Gohar Ali Khan mengatakan pihaknya tidak melakukan pendekatan formal kepada pemerintah untuk melakukan negosiasi.

‘Tidak ada negosiasi formal dengan PTI’

Berbicara terus Berita Geo program Aaj Shahzeb Khanzada kay Sath, Menteri Penerangan Ataullah Tarar mengesampingkan dimulainya negosiasi formal antara PTI dan pemerintah.

“Saya rasa defisit kepercayaan (antara PTI dan pemerintah) tidak bisa dikurangi kecuali masalah tanggal 9 Mei dan 26 November diselesaikan,” katanya merujuk pada protes kekerasan yang dilakukan PTI.

“Siapa yang akan mempercayai PTI untuk melakukan pembicaraan,” kata menteri tersebut sambil menanyakan siapa yang akan menjadi penjamin mantan partai berkuasa tersebut sehubungan dengan pembicaraan dengan pemerintah.

“Seharusnya mereka (PTI) menyampaikan penyesalannya terlebih dahulu atas peristiwa 9 Mei (2023) dan 26 November,” imbuhnya.

Namun, Tarar mengatakan pembicaraan informal dengan PTI dilakukan di parlemen dan forum lainnya, namun belum ada mekanisme yang dibentuk untuk pembicaraan formal dengan partai oposisi.

Sumber

Juliana Ribeiro
Juliana Ribeiro is an accomplished News Reporter and Editor with a degree in Journalism from University of São Paulo. With more than 6 years of experience in international news reporting, Juliana has covered significant global events across Latin America, Europe, and Asia. Renowned for her investigative skills and balanced reporting, she now leads news coverage at Agen BRILink dan BRI, where she is dedicated to delivering accurate, impactful stories to inform and engage readers worldwide.