Ketika Pakistan menunggu peluncuran penyedia internet berbasis satelit Starlink, Menteri Negara Teknologi Informasi dan Telekomunikasi, Shaza Fatima, pada hari Selasa menekankan perlunya menyelaraskan kebijakan Pakistan dengan standar global untuk membuka potensi penuh teknologi ini bagi pertumbuhan nasional.
Pernyataan tersebut disampaikannya saat memimpin pertemuan dengan perwakilan SUPARCO, PTA, dan Badan Pengatur Aktivitas Luar Angkasa Pakistan.
Sesi ini membahas kemajuan proses perizinan dan peraturan Starlink, serta pengembangan kerangka peraturan untuk perusahaan penyedia internet satelit Low Earth Orbit (LEO).
Pertemuan tersebut memutuskan untuk menyewa seorang konsultan dalam beberapa minggu ke depan untuk membantu proses perizinan bagi Starlink dan perusahaan lain yang mengoperasikan satelit LEO, yang bertujuan untuk menyinkronkan kebijakan satelit Pakistan dengan standar internasional.
Pertemuan tersebut juga membahas bagaimana penggunaan satelit LEO dapat meningkatkan konektivitas dan berkontribusi terhadap kemajuan teknologi bangsa.
Lebih lanjut, Kementerian TI menyatakan komitmennya untuk menetapkan kerangka peraturan untuk teknologi satelit yang memenuhi standar global.
Pertemuan itu terjadi sehari setelah menteri negara mengonfirmasi bahwa Starlink telah terdaftar di Komisi Sekuritas dan Bursa Pakistan (SECP).
“(Setelah persetujuan), otoritas dewan antariksa sedang mempelajari berbagai aspek teknis, dan kami telah berkomunikasi (tentang hal ini) dengan Starlink,” ujarnya saat berbicara kepada Geo.tv.
Menteri TI menambahkan bahwa rezim peraturan sedang disusun sehingga semua perusahaan satelit LEO, termasuk Starlink, “terbuka untuk semua perusahaan internasional.”
Dua hari sebelumnya, saat menanggapi postingan X dari seorang aktivis media sosial Pakistan, Musk membenarkan bahwa dia sedang menunggu persetujuan pemerintah untuk memperkenalkan layanan Starlink di Pakistan.
‘Internet Pakistan murah’
Sementara itu, Menteri Informasi dan Penyiaran Federal Attaullah Tarar mengatakan bahwa internet di Pakistan “harganya murah” dibandingkan dengan beberapa negara lain.
Berbicara kepada wartawan pada upacara pembukaan Media Cricket League 2025, dia menolak laporan yang menyatakan bahwa Pakistan menderita kerugian finansial besar-besaran tahun lalu karena pemadaman internet.
“Entah, dari mana datangnya statistik mengenai internet tersebut,” katanya seraya menambahkan bahwa internet telah menjadi lebih baik dan akan semakin membaik dalam beberapa hari mendatang.
Negara ini telah bergulat dengan internet yang lambat sejak tahun lalu bersamaan dengan larangan terhadap platform media sosial X (sebelumnya Twitter), dengan pemerintah secara konsisten menyalahkan kesalahan kabel bawah laut, sementara laporan mengisyaratkan kemungkinan eksperimen dengan “firewall” oleh pihak berwenang.
Menurut daftar yang dikeluarkan Ookla Speedtest Global Index, Pakistan menduduki peringkat 100 dari 111 negara dalam kecepatan internet seluler dengan kecepatan unduh 20,61Mbps dan kecepatan unggah 8,53Mbps.
Sementara itu, indeks tersebut menempatkan negara tersebut pada peringkat 141 dari 158 negara dalam hal kecepatan broadband dengan kecepatan unduh 15,60Mbps dan kecepatan unggah 15,53Mbps.
Masalah ini juga berulang kali menjadi perdebatan di kedua majelis parlemen tetapi tidak membuahkan hasil. Gangguan ini juga mengakibatkan kerugian finansial bagi industri TI di negara tersebut.