Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Sybiga mendesak pemimpin baru Suriah Ahmed al-Sharaa untuk mengusir pasukan Rusia dari negaranya dalam kunjungan mendadak ke Damaskus pada hari Senin.

Moskow, pendukung utama presiden terguling Bashar al-Assad, melakukan intervensi dalam perang saudara di Suriah pada tahun 2015, membantu Assad mendapatkan kembali kendali atas sebagian besar negara tersebut. Penggulingan Assad dari kekuasaan awal bulan ini menandai pukulan telak bagi Rusia, yang dilanda perang melawan Ukraina sejak Februari 2022.

Rusia kini berupaya mengamankan pangkalan angkatan lautnya di kota Tartus, Suriah, dan Pangkalan Udara Khmeimim di bawah pemerintahan baru Suriah.

“Rezim Rusia dan Assad saling mendukung karena didasarkan pada kekerasan dan penyiksaan,” kata Sybiga.

“Kami percaya bahwa dari sudut pandang strategis, penghapusan kehadiran Rusia di Suriah akan berkontribusi pada stabilitas tidak hanya negara Suriah tetapi juga seluruh Timur Tengah dan Afrika,” tambah Menteri Luar Negeri Ukraina.

Sybiga mengatakan Kyiv siap membangun kembali hubungan dengan Suriah, yang terputus ketika pemerintah Assad mengakui aneksasi Rusia atas wilayah Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga mengumumkan bahwa Ukraina telah mengirimkan pengiriman bantuan pangan pertamanya – 500 ton tepung terigu – ke Suriah, dan pengiriman diperkirakan akan dikirimkan pada hari Selasa.

Kami mendukung rakyat Suriah dalam mengatasi pemerintahan diktator selama beberapa dekade dan memulihkan stabilitas, keamanan, dan kehidupan normal di Suriah,” kata Zelensky dalam postingan media sosial.

Meskipun perang sedang berlangsung, Ukraina tetap menjadi salah satu produsen gandum terkemuka di dunia.

Kelompok Islam pimpinan Sharaa, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), memimpin serangan cepat yang mencapai puncaknya dengan merebut Damaskus pada 8 Desember, memaksa Assad melarikan diri ke Rusia.

Namun, dalam sebuah wawancara dengan TV Al-Arabiya pada hari Minggu, Sharaa mengakui “kepentingan strategis yang mendalam” antara Suriah dan Rusia.

“Semua persenjataan Suriah berasal dari Rusia, dan banyak pembangkit listrik dikelola oleh para ahli Rusia… Kami tidak ingin Rusia meninggalkan Suriah sesuai keinginan beberapa orang,” katanya.

Sumber

Juliana Ribeiro
Juliana Ribeiro is an accomplished News Reporter and Editor with a degree in Journalism from University of São Paulo. With more than 6 years of experience in international news reporting, Juliana has covered significant global events across Latin America, Europe, and Asia. Renowned for her investigative skills and balanced reporting, she now leads news coverage at Agen BRILink dan BRI, where she is dedicated to delivering accurate, impactful stories to inform and engage readers worldwide.