Foto yang diambil pada tanggal 5 Desember 2024 ini menunjukkan para pria berkumpul pada ‘Jirga’, pertemuan dewan suku, di sebuah masjid setelah bentrokan di Parachinar, Kurram. — AFP

KURRAM: Proses penghancuran bunker di Kurram, distrik yang terkena dampak parah kekerasan mematikan, akan dimulai hari ini (Minggu), seperti yang diperintahkan oleh Wakil Komisaris Ashfaq Khan sejalan dengan keputusan komite puncak Khyber Pakhtunkhwa untuk memulihkan perdamaian di wilayah tersebut .

Setelah perundingan yang berlarut-larut antara suku-suku yang bertikai, perjanjian perdamaian dicapai pada tanggal 1 Januari 2025, dengan penghapusan bunker menjadi salah satu tuntutan tersulit namun perlu.

Para pejabat di Kurram telah memulai tindakan pembongkaran bunker sejalan dengan 14 poin Perjanjian Damai Kohat. Salah satu poin penting dari perjanjian tersebut adalah penghapusan bangunan-bangunan yang telah menjadi sumber ketegangan dan kekerasan di wilayah tersebut.

Wakil komisaris, pada Sabtu malam, mengarahkan semua otoritas terkait untuk mulai memindahkan bunker dari desa Kurram Bawah, Khar Kali dan Balish Khel mulai hari Minggu.

Ashfaq mengarahkan Insinyur Eksekutif (EXEN) dari departemen C&W (Komunikasi dan Pekerjaan) untuk Kurram Atas dan Bawah untuk memastikan kehadirannya selama proses pembongkaran. Dia juga mengarahkan pihak berwenang untuk membawa peralatan dan pekerja yang diperlukan untuk tujuan tersebut.

“Awalnya bunker dari satu desa masing-masing pihak akan dibongkar dan tim pemerintah beranggotakan 14 orang akan mengunjungi kedua desa tersebut terkait hal ini,” ujarnya.

Perlu dicatat bahwa rapat komite puncak bulan lalu telah memutuskan untuk menghapus bunker di Kurram.

Barang bantuan dikirim ke Kurram

Sementara itu, pemerintah kabupaten mengatakan bahan makanan dan obat-obatan telah dikirim ke wilayah Kurram Atas.

“Tujuh truk berisi barang dikirim ke Ghozgarhi, empat truk ke Bushehra, dan tujuh truk ke Tri Mangal. Sementara itu, proses pengiriman makanan dan obat-obatan di berbagai daerah sedang berlangsung,” kata pemerintah.

Dikatakan bahwa pekerjaan penghancuran bunker akan segera dimulai sesuai perjanjian damai.

Pemerintah mengatakan bahwa distribusi makanan dan obat-obatan ke berbagai daerah akan terus memastikan warga menerima bantuan yang diperlukan, The News melaporkan.

Sementara itu, penutupan jalur transportasi menuju distrik Kurram yang berkepanjangan telah memasuki hari ke-100, menyebabkan warga bergulat dengan kekurangan pangan, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya.

Blokade tersebut juga membahayakan kesehatan beberapa pasien, termasuk seorang anak laki-laki berusia lima tahun, Muhammad Shehzad, yang penglihatannya terancam jika tidak mendapat perhatian medis segera.

Wilayah yang bergolak ini telah menjadi sorotan selama berbulan-bulan karena gelombang kekerasan suku baru-baru ini di distrik tersebut yang merenggut lebih dari 130 nyawa dan puluhan lainnya luka-luka, sebelum akhirnya mencapai kesepakatan untuk mengakhiri permusuhan pada awal bulan ini setelah perundingan selama sekitar 50 hari antara kedua belah pihak. tetua suku.

Kedua pihak yang berkonflik, dengan bantuan Grand Jirga, menyepakati 14 poin, di antaranya penyerahan senjata swasta kepada pemerintah serta pembongkaran bunker.

Perjanjian tersebut diharapkan dapat bertahan karena kekerasan memaksa pemerintah untuk memblokir Jalan Tal-Parachinar, yang menyebabkan kekurangan makanan, obat-obatan, dan barang-barang penting lainnya di distrik tersebut.

Keputusan untuk membongkar bunker terjadi setelah terjadi serangan baru-baru ini di dekat pos pemeriksaan Balish Khel, di mana tembakan diarahkan ke kendaraan lapis baja polisi dari dalam bunker. Meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, insiden tersebut menggarisbawahi risiko yang ditimbulkan oleh struktur tersebut dalam melanggengkan konflik.

Pembongkaran benteng-benteng ini dipandang sebagai langkah penting menuju pelestarian perdamaian di wilayah tersebut. Pihak berwenang yakin langkah ini akan membantu mencegah bentrokan di masa depan dan membina hubungan yang lebih baik antar komunitas suku.

Sumber

Juliana Ribeiro
Juliana Ribeiro is an accomplished News Reporter and Editor with a degree in Journalism from University of São Paulo. With more than 6 years of experience in international news reporting, Juliana has covered significant global events across Latin America, Europe, and Asia. Renowned for her investigative skills and balanced reporting, she now leads news coverage at Agen BRILink dan BRI, where she is dedicated to delivering accurate, impactful stories to inform and engage readers worldwide.