Tren buruk dalam pengumpulan pendapatan menunjukkan bahwa pemerintah kemungkinan besar akan mengalami kekurangan, sehingga membuka jalan bagi anggaran kecil yang tidak bisa dihindari. Namun, Perdana Menteri berpendapat sebaliknya dan telah membebani mesin perpajakan yang tidak efisien dengan tugas tambahan untuk tidak hanya mencapai perkiraan target yang diinginkan namun juga mengatasi litigasi yang masih ada di pengadilan, sehingga menghasilkan pemulihan kritis setidaknya sebesar Rs100 miliar. Namun hal itu kecil kemungkinannya terjadi. Jika pembukuan menjadi kriteria, FBR diasumsikan juga akan gagal memenuhi target Rs957 miliar yang ditetapkan untuk bulan Januari. Kesenjangan pendapatan diperkirakan akan melebar hingga Rs900 miliar dalam waktu satu tahun. Pemerintah telah menutup FY24 dengan pengaturan stop-gap karena pemerintah tidak dapat menepati janjinya dengan IMF mengenai pengumpulan pajak. Tampaknya ada kurangnya kepercayaan antara pembayar pajak dan pemerintah karena adanya tantangan dalam memungut pajak atas properti tidak bergerak, dan demikian pula halnya dengan pajak super dan pajak nilai modal. Sungguh menggelikan untuk mengetahui bahwa tanggapan pemerintah di pengadilan banding tidak tepat sasaran – sesuatu yang telah memaksa Perdana Menteri untuk meningkatkan kinerja departemen hukum sehingga mendorong mereka untuk melakukan hal yang diperlukan. Penyelesaian kasus-kasus tersebut sepertinya tidak akan terjadi tepat waktu untuk membantu mengatasi defisit sebesar Rs386 miliar. Hal ini, ditambah dengan pejabat pajak yang korup karena sebagian besar pekerjaannya masih bersifat manual dan diskresi hingga saat ini, telah membuat lingkaran anggaran dan pengeluaran menjadi tidak teratur. Merupakan sebuah teka-teki bahwa paradigma perpajakan masih sangat longgar dan masyarakat umum serta kelas menengahlah yang menjadi pihak yang menerima pajak tersebut. Kelas yang digaji telah dikenakan pajak sampai mati, dan GST wajib pada setiap pembelian telah melemahkan daya beli semua orang. Dalam skenario seperti ini, pembicaraan mengenai peningkatan rasio pajak terhadap PDB hingga 13% hanyalah sebuah fatamorgana, dan anggaran kecil akan menjadi sebuah hal yang besar. Langkah-langkah penghematan serta reformasi hanyalah kata-kata belaka dan kebodohan ekonomi tidak dapat diperbaiki dalam lingkungan yang lemah.

Sumber

Juliana Ribeiro
Juliana Ribeiro is an accomplished News Reporter and Editor with a degree in Journalism from University of São Paulo. With more than 6 years of experience in international news reporting, Juliana has covered significant global events across Latin America, Europe, and Asia. Renowned for her investigative skills and balanced reporting, she now leads news coverage at Agen BRILink dan BRI, where she is dedicated to delivering accurate, impactful stories to inform and engage readers worldwide.