Natal dan Tahun Baru sudah di belakang kami. Upacaranya akan serupa sebentar lagi Tiga Raja. Ini pertanda bahwa di banyak rumah simbol Natal yang dihias dengan pernak-pernik, rantai, dan lampu akan dibongkar dan dibuang.

Haruskah pohon Natal ditebang tepat setelah hari raya? Atau mungkin harus menunggu sampai Epiphany? Apa gunanya membongkar pohon Natal kata tradisi rakyat?

Sampai kapan sebaiknya Anda menyimpan pohon Natal di rumah?

Kapan Anda harus melakukannya merobohkan pohon Natal? Sebenarnya tidak ada satu tanggal yang pasti. Ada yang melakukannya tepat setelah Natal, ada pula yang menunggu hingga Malam Tahun Baru dan Tahun Baru. Yang lain lagi menebang pohon Natal hanya setelah tanggal 6 Januari dan perayaan Epifani.

Di beberapa rumah, pohon Natal menghilang setelah hari Minggu pertama setelah Epiphany (dalam kalender gereja inilah yang disebut Minggu Pembaptisan Tuhan) atau setelah kunjungan tahunan pendeta dengan lagu-lagu Natal.

Kapan harus menebang pohon Natal pada tahun 2025?

Ada juga tradisi di Gereja Katolik bahwa Anda dapat memiliki pohon Natal di rumah dan membongkarnya hanya setelah Candlemas, yaitu pada tanggal 2 Februari. Hari raya gereja ini mengingatkan akan presentasi Yesus di Bait Suci Yerusalem dan secara tidak resmi mengakhiri perayaan Natal. Lalu juga di gereja-gereja adegan kelahiran Yesus sedang dibongkar dan pohon Natal menghilang. Tepatnya di banyak rumah, terutama yang berada di perkampungan tradisi ini membongkar pohon Natal paling banyak diamati. Hiasan pohon baru hilang di awal Februari.

Sumber

Patriot Galugu
Patriot Galugu is a highly respected News Editor-in-Chief with a Patrianto Galugu completed his Bachelor’s degree in Business – Accounting at Duta Wacana Christian University Yogyakarta in 2015 and has more than 8 years of experience reporting and editing in major newsrooms across the globe. Known for sharp editorial leadership, Patriot Galugu has managed teams covering critical events worldwide. His research with a colleague entitled “Institutional Environment and Audit Opinion” received the “Best Paper” award at the VII Economic Research Symposium in 2016 in Surabaya.