Mantan perdana menteri dan pendiri Partai Rakyat Pakistan (PPP) Zulfiqar Ali Bhutto. — PID/Berkas

ISLAMABAD: Peringatan 97 tahun mantan perdana menteri Pakistan dan pendiri Partai Rakyat Pakistan (PPP), Zulfikar Ali Bhutto, diperingati hari ini.

Karangan bunga akan diletakkan di makamnya dan doa khusus akan dipanjatkan. Berbagai program telah direncanakan partai politik pada hari itu. Para pemimpin dan pendukung partai akan memberikan penghormatan kepadanya atas kontribusinya yang luar biasa kepada Pakistan, termasuk penyusunan konstitusi negara tersebut dengan suara bulat, memberdayakan warga negara dengan hak untuk memilih, dan memelopori program nuklir Pakistan.

Bhutto, putra tunggal Sir Shah Nawaz Bhutto lahir pada tanggal 5 Januari 1928. Ia menyelesaikan pendidikan awalnya di Sekolah Menengah Katedral Bombay. Dia bergabung dengan Universitas California Selatan pada tahun 1947 dan kemudian Universitas California di Berkeley pada bulan Juni 1949.

Setelah menyelesaikan gelarnya dengan pujian dalam Ilmu Politik di Berkeley pada bulan Juni 1950, ia diterima di Oxford. Bhutto kemudian dipanggil ke Bar di Lincoln’s Inn pada tahun 1953.

Sekembalinya ke Pakistan, Bhutto mulai berpraktik hukum di Dingomal’s. Pada tahun 1958, ia bergabung dengan Kabinet Presiden Iskander Mirza sebagai menteri perdagangan. Dia adalah menteri termuda di kabinet Ayub Khan. Pada tahun 1963, ia mengambil alih jabatan Menteri Luar Negeri dari Muhammad Ali Bogra.

Prestasi besar pertamanya adalah menyelesaikan perjanjian perbatasan Sino-Pakistan pada tanggal 2 Maret 1963. Pada pertengahan tahun 1964, Bhutto membantu meyakinkan Ayub tentang kebijaksanaan membangun hubungan ekonomi dan diplomatik yang lebih erat dengan Turki dan Iran.

Dia meletakkan dasar Partai Rakyat Pakistan pada tanggal 30 November 1967.

Bhutto juga membuat pertahanan negaranya tidak dapat ditembus dengan memulai program nuklir. Dia memungkinkan berlakunya konsensus UUD 1973.

Bhutto mengubah nasib Pakistan: Presiden

Presiden Asif Ali Zardari mengatakan Zulfikar Ali Bhutto adalah pemimpin visioner yang mengubah nasib Pakistan dan menjadi suara bagi mereka yang tidak bersuara.

Dalam pesannya pada peringatan 97 tahun kelahiran mantan perdana menteri tersebut, ia berkata, “Hari ini, kita memperingati 97 tahun kelahiran Shaheed Zulfiqar Ali Bhutto, dan memberikan penghormatan kepada pemimpin visioner yang mengubah nasib Pakistan dan menjadi suara bagi mereka yang tidak bersuara.”

Beliau adalah seorang negarawan dengan kecerdasan, keberanian, dan karisma yang tak tertandingi, dan warisannya akan terus menjadi sumber inspirasi bagi bangsa.

Dia berkata, “Bhutto memberi kita Konstitusi tahun 1973, Konstitusi pertama yang diadopsi dengan suara bulat, yang meletakkan dasar bagi bentuk pemerintahan parlementer, demokratis, dan federal.”

“Dia adalah arsitek program nuklir Pakistan, yang terbukti sangat penting dalam menjaga kedaulatan dan keamanan kita.”

Di bawah kepemimpinannya, katanya, Pakistan memperkuat hubungan luar negerinya dengan Tiongkok dan banyak negara sahabat lainnya yang terus memberikan manfaat bagi negara kita hingga saat ini.

“Dia membawa kemajuan industri dan teknologi, seperti pendirian Pabrik Baja Pakistan di Karachi dengan kolaborasi Rusia dan pengembangan industri pertahanan kita yang meningkatkan kemampuan pertahanan kita,” ujarnya.

Karena kenegarawanannya, Pakistan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Islam pada tahun 1974, yang mempertemukan para pemimpin dunia Muslim untuk meningkatkan persatuan dan kerja sama di antara umat Islam.

Upaya Bhutto mengukuhkan peran kepemimpinan Pakistan di antara negara-negara berkembang dan di Dunia Islam, lanjutnya.

Zardari mengatakan bahwa Bhutto juga fokus pada pemberdayaan masyarakat kurang mampu dan menjembatani kesenjangan ekonomi, seraya menambahkan bahwa reformasi pertanahan dan langkah-langkah untuk mengangkat pekerja dan buruh tidak hanya memberikan martabat bagi jutaan orang tetapi juga mengubah hidup mereka.

Dia mengatakan inisiatif ekonomi yang dilancarkan mantan perdana menteri, seperti pendirian perusahaan-perusahaan besar di sektor publik dan perluasan pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, menjadi landasan bagi kemajuan dan pembangunan.

Institusi seperti Universitas Terbuka Allama Iqbal dan fokus pada pendidikan teknis lahir dari tekadnya untuk membuat pengetahuan dapat diakses oleh semua orang, tambahnya.

Dia mengatakan bahwa Bhutto adalah seorang pendukung demokrasi yang gigih, berdiri teguh melawan kediktatoran dan penindasan.

Pengorbanan utamanya, menghadapi tiang gantungan dibandingkan mengkompromikan prinsip-prinsipnya, mengabadikannya sebagai panutan perlawanan dan ketahanan, kata presiden.

Sumber

Juliana Ribeiro
Juliana Ribeiro is an accomplished News Reporter and Editor with a degree in Journalism from University of São Paulo. With more than 6 years of experience in international news reporting, Juliana has covered significant global events across Latin America, Europe, and Asia. Renowned for her investigative skills and balanced reporting, she now leads news coverage at Agen BRILink dan BRI, where she is dedicated to delivering accurate, impactful stories to inform and engage readers worldwide.