Publikasi tersebut mengatakan hal ini disebabkan oleh tindakan “anti-demokrasi” dari partai berkuasa Georgian Dream, yang bertentangan dengan “nilai-nilai bersama” kedua negara.
Departemen Luar Negeri juga mencatat bahwa Amerika Serikat menyesali penangguhan aksesi Georgia ke UE.
Sebelumnya, pemerintah Georgia memutuskan untuk menghapus dimulainya negosiasi aksesi ke Uni Eropa dari agenda hingga tahun 2028. Hal ini menyebabkan protes oposisi besar-besaran di Tbilisi dan kota-kota besar lainnya.
Menurut Dinas Keamanan Negara Georgia, unjuk rasa anti-pemerintah di dekat gedung parlemen menunjukkan bahwa upaya untuk merebut kekuasaan dengan kekerasan sedang terjadi di negara tersebut.