Pengadilan Tinggi hari ini mempertimbangkan gugatan yang diajukan oleh Free Israel dan pihak lain yang menuntut wajib militer 90.000 siswa yeshiva.

Gugatan tersebut juga menekankan perlunya mendefinisikan kriteria yang jelas untuk wajib militer dan menjatuhkan sanksi khusus terhadap mereka yang menghindari wajib militer.

Pengacara Kalai, Cohen Rochberger, Scheinwald dan Avnery, mewakili gerakan Free Israel, menyatakan:

“Dalam persidangan, hakim Mahkamah Agung menegaskan bahwa kami tidak bisa lagi puas dengan pernyataan kosong terkait wajib militer siswa yeshiva. Kini, berkat pengajuan gugatan, tatanan departemen wajib militer utama telah diubah. Oleh karena itu, semua calon wajib militer yang lahir sebelum November 2006 wajib melapor untuk bertugas dalam waktu empat bulan ke depan. Mulai saat ini, seluruh siswa yeshiva yang menjadi calon wajib militer dan belum mendapat pengecualian dianggap pelanggar hukum, dengan tunduk pada semua sanksi yang diberikan oleh undang-undang, termasuk larangan bepergian ke luar negeri, kemungkinan penangkapan dan hukuman pidana.

Di masa depan, diharapkan pengadilan akan mewajibkan dikeluarkannya surat panggilan pribadi kepada semua orang yang wajib wajib militer, dan juga akan memastikan kepatuhan yang efektif terhadap kewajiban wajib militer.”

Sumber

Juliana Ribeiro
Juliana Ribeiro is an accomplished News Reporter and Editor with a degree in Journalism from University of São Paulo. With more than 6 years of experience in international news reporting, Juliana has covered significant global events across Latin America, Europe, and Asia. Renowned for her investigative skills and balanced reporting, she now leads news coverage at Agen BRILink dan BRI, where she is dedicated to delivering accurate, impactful stories to inform and engage readers worldwide.