Oleh: Israr Itah, Jurnalis Republika.co.id.

REPUBLIKA.CO.ID, Pasangan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dua kali menjadi juara All England, meraih medali emas Asian Games 2014, dan tiga kali menjadi juara dunia pada 2013, 2015, dan 2019. Keduanya juga turut membawa Indonesia membawa rumah Piala Thomas pada tahun 2020.

Kamis (23/1/2025) malam, Ahsan/Hendra mengayunkan raketnya untuk terakhir kalinya di turnamen resmi BWF. Mereka secara sah telah gantung raket. Perpisahan terjadi di babak 16 besar Daihatsu Indonesia Master 2025 di Istora Senayan, Jakarta. Ahsan/Hendra harus mengakui keunggulan lawannya Roy King Yap/Junaidi Arif 13-21 dan 14-21 di Lapangan Dua.

“Narkoba…narkoba,” meminjam kata-kata Ahsan.

Dulu, saat berganti pasangan dari Markis Kido ke Ahsan, mungkin banyak yang meragukan apakah mereka bisa secemerlang Kido/Hendra yang menjuarai Olimpiade Beijing 2008. Bahkan, Ahsan sudah membuktikan kalau dirinya tak kalah mumpuni dengan Kido dan bisa cocok dengan Hendra. Begitu pula dengan Hendra yang menunjukkan bahwa bersama Ahsan, ia tetap menjadi juara.

Bergabung pada tahun 2012 dan berpisah pada tahun 2016, Ahsan dan Hendra gagal bersinar bersama pasangannya masing-masing setelah “bercerai”. Akhirnya, mereka bersatu kembali pada tahun 2018 dan kembali ke dunia sihir dengan penampilan luar biasa mereka di karpet bulu tangkis. Nama panggilan Para Ayah tetap bersatu dengan kinerja luar biasa mereka.

Pahlawan yang rendah hati. Sopan. Penuh senyuman. Bersikaplah ramah kepada semua orang, junior, pecinta bulutangkisserta awak media. Santai tapi liar, kata Fajar Alfian mengomentari seniornya.

Ahsan/Hendra kini berharap juniornya bisa terus berjuang mengembalikan kejayaan bulu tangkis Indonesia. Ahsan dan Hendra mengingatkan mereka untuk tidak menyerah dan belajar memperbaiki kekurangannya. Apalagi di tengah ketatnya persaingan ganda putra dunia.

“Setiap turnamen bisa berganti pasangan mana yang menang,” kata Hendra kepada awak media dalam jumpa pers usai pertandingan.

Mereka pun meminta dukungan dari pecinta bulutangkis Indonesia kepada juniornya yang akan terus berjuang mengharumkan nama Merah Putih.

Setelah ini, keduanya akan fokus mengurus keluarga. “Saya sudah berlatih sejak kecil, sekarang sudah tidak perlu lagi,” kata Ahsan.

Meski demikian, keduanya tak akan benar-benar gantung raket atau “bercerai” untuk kedua kalinya. Sebab, di sana terdapat wadah turnamen veteran dimana keduanya bisa beraksi. Selain itu, Ahsan/Hendra juga merintis usaha yang tak jauh dari dunianya, yakni penyewaan lapangan bulu tangkis.

Namanya Daddies Arena Fitness dan Badminton, kata Hendra tentang kolaborasinya dengan Ahsan yang juga akan dibantu oleh Waroeng Steak, sponsor terbaru mereka.

Tidak ada yang menghalangi Ahsan, khususnya Hendra, untuk meraih status sebagai legenda bulutangkis Indonesia. Hendra telah meraih seluruh gelar bergengsi di dunia bulu tangkis.

Ahsan hanya tidak mendapatkan medali emas olimpiade. Meski demikian, hal itu tidak menghapus rekam jejaknya sebagai salah satu pebulutangkis top dunia.

Indonesia kehilangan sosok “santai tapi liar” yang sangat dicintainya pecinta bulutangkis di Indonesia dan seluruh dunia. Atlet yang tidak punya pembenci, menjadi panutan bagi sejumlah pebulu tangkis di seluruh dunia.

Semoga hidup damai di masa pensiun, The Daddies. Semoga prestasi Anda di tingkat dunia dapat ditiru oleh para pebulutangkis Indonesia di masa depan.




Sumber

Alexander Rossi
Alexander Rossi is the Creator and Editor for Gadget & Teknologi with a degree in Information Technology from the University of California, Berkeley. With over 11 years of experience in technology journalism, Alexander has covered cutting-edge innovations, product reviews, and digital trends globally. He has contributed to top tech outlets, providing expert analysis on gadgets and tech developments. Currently at Agen BRILink dan BRI, Alexander leads content creation and editorial strategy, delivering comprehensive and engaging technology insights.