Menurut reporter Tabnak dari Provinsi TeheranBuruknya kinerja para insinyur yang mengawasi bangunan di Baharestan telah menjadi salah satu masalah serius di bidang konstruksi, dan insiden yang tidak menguntungkan seperti runtuhnya bangunan di sekitarnya dan bangunan bobrok telah menimbulkan kekhawatiran yang luas. Berikut ini akan dibahas alasan dan akibat dari kelemahan tersebut serta solusi yang diberikan:

Pengabaian yang sistematis

Kurangnya pemantauan yang memadai terhadap kinerja insinyur pengawas dan tekanan kerja telah menurunkan kualitas pemantauan dan membawa konsekuensi berbahaya seperti konstruksi yang tidak standar.

Korupsi dan kolusi

Dalam beberapa kasus, kolusi antara insinyur pengawas dan kontraktor telah mengubah pengawasan menjadi urusan formal dan menjadi penyebab kecelakaan besar.

Kurangnya pengetahuan teknis

Beberapa insinyur pengawas kurang memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai, sehingga menyebabkan lemahnya pengendalian kualitas konstruksi.

Peraturan perundang-undangan yang lemah

Kurangnya undang-undang yang transparan dan memberikan efek jera telah membuka peluang terjadinya pelanggaran dan melemahkan fungsi pengawasan.

Krisis pengawasan teknik di Baharestan; Peristiwa tragis dibayangi kelalaian pengamat!

Kecelakaan dan krisis

Terjadinya kecelakaan akibat lemahnya pengawasan telah mengakibatkan banyak kerugian baik manusia maupun finansial serta rusaknya kepercayaan masyarakat.

Partisipasi sosial diabaikan

Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap peran masyarakat dalam memantau dan melaporkan pelanggaran merupakan salah satu tantangan di bidang ini.

contoh; Peristiwa runtuhnya gedung 5 lantai di Nasimshahr

Peristiwa tragis runtuhnya gedung 5 lantai di Nasimshahr sekali lagi menyoroti pentingnya pemantauan dasar proyek konstruksi dan tanggung jawab semua pihak yang terlibat. Dalam kejadian ini, pemerintah kota berusaha mengkompensasi sebagian kerusakan dengan menyediakan rumah sewa dan membeli perlengkapan hidup bagi warga yang terkena dampak. Namun, timbul pertanyaan mengapa hanya pemerintah kota yang dinyatakan bersalah, sedangkan insinyur pengawas, sistem teknik, dan faktor terkait lainnya juga harus bertanggung jawab atas tugasnya.

Krisis pengawasan teknik di Baharestan; Peristiwa tragis dibayangi kelalaian pengamat!

contoh; Insiden puing-puing bangunan 2 lantai di Hamadank

Selain kejadian tragis runtuhnya gedung 5 lantai di Nasimshahr, dapat kita sebutkan lagi kejadian serupa dimana runtuhnya gedung dua lantai di Hamedanak akibat tidak berprinsipnya penggalian gedung di sebelahnya dan kurangnya pengawasan dari pihak yang berwenang. insinyur pengawas. Dalam kejadian tersebut, penggalian dilakukan tanpa memperhatikan prinsip keselamatan dan bangunan dua lantai yang terletak di dekat lokasi penggalian tidak dapat menahan tekanan dan hancur total.

Peristiwa ini, seperti halnya peristiwa Nasimshahr, merupakan peringatan serius bagi pemantauan proyek konstruksi dan kepatuhan terhadap standar keselamatan dalam penggalian dan konstruksi. Dalam kedua kasus tersebut, pentingnya pemantauan ketat dan penerapan peraturan teknik didefinisikan dengan jelas.

Krisis pengawasan teknik di Baharestan; Peristiwa tragis dibayangi kelalaian pengamat!

contoh; Kecelakaan puing bangunan dan tewasnya seorang warga di Golestan

Selain kejadian di Nasimshahr dan runtuhnya gedung dua lantai di Hamedanak, kejadian lain juga terjadi di Golestan yang jelas menunjukkan pentingnya memperhatikan kaidah teknis dan pengawasan yang ketat. Dalam kejadian ini, sebuah bangunan dengan izin mendirikan bangunan runtuh akibat penggalian dan pembangunan properti di sekitarnya, dan sayangnya satu orang kehilangan nyawanya. Investigasi menunjukkan bahwa meskipun memiliki izin mendirikan bangunan, terdapat masalah dalam penerapan standar teknik dan pemantauan proses konstruksi yang benar!

Insiden ini, seperti kasus lainnya, menyoroti perlunya tanggung jawab berbagai elemen, termasuk insinyur pengawas, sistem teknik, dan pemerintah kota. Kematian satu orang dalam kejadian ini merupakan pengingat akan konsekuensi kemanusiaan dan sosial dari kelalaian di bidang konstruksi dan menjadikan perlunya revisi serius terhadap undang-undang dan prosedur yang ada menjadi semakin diperlukan.

Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana pengawasan insinyur pengawas, kurangnya pengawasan yang memadai terhadap organisasi sistem rekayasa, dan kegagalan elemen lainnya dapat menyebabkan bencana manusia dan keuangan.

Krisis pengawasan teknik di Baharestan; Peristiwa tragis dibayangi kelalaian pengamat!

Peran dan tanggung jawab berbagai elemen dalam kecelakaan

1- insinyur pengawas; Insinyur pengawas diharuskan memantau dengan cermat semua tahap konstruksi, mulai dari pengujian dan penggalian tanah hingga pelaksanaan pondasi dan keamanan bangunan di sekitarnya. Dalam kejadian ini, jika terjadi kegagalan dalam pengawasan pengujian tanah atau penggalian dasar, maka insinyur pengawas bertanggung jawab langsung.

2- Organisasi sistem rekayasa; Sistem keinsinyuran sebagai lembaga yang mengawasi kinerja insinyur harus mempunyai pengawasan yang cukup terhadap pelaksanaan tugas insinyur pembimbing. Kegagalan organisasi ini dalam mengevaluasi kinerja para insinyur, kurangnya pelatihan yang memadai dan kelemahan dalam menangani pengabaian merupakan faktor penting yang menyebabkan insiden tersebut.

3- Dana kotamadya, desa dan perumahan; Ketiga entitas ini, sebagai entitas pemberi lisensi, bertanggung jawab atas peninjauan awal dokumen teknis dan laporan insinyur pengawas. Meskipun peran pemerintah kota dan kabupaten dalam kejadian ini tidak dapat disangkal, tanggung jawab pemerintah kota dan kabupaten terutama ditentukan dalam kerangka pemantauan keseluruhan proyek dan kepatuhannya terhadap peraturan umum, dan bukan pengawasan langsung terhadap teknis. rincian konstruksinya.

4- majikan; Terkadang, tekanan pengusaha untuk mengurangi biaya atau mempercepat pelaksanaan proyek menyebabkan prinsip-prinsip teknis dan rekayasa diabaikan. Jika insinyur pengawas tidak menolak tekanan ini dan gagal, dia mempunyai tanggung jawab ganda.

tekanan opini publik; Masyarakat biasanya menganggap pemerintah kota bertanggung jawab karena peran langsungnya dalam mengeluarkan izin, dan mereka tidak cukup mengetahui peran insinyur pengawas dan sistem rekayasa.

Intervensi pemerintah kota untuk mengganti kerugian: Meskipun tindakan pemerintah kota dalam menyediakan rumah dan kebutuhan bagi warganya patut dipuji, hal ini menimbulkan kesan bahwa hanya pemerintah kota yang patut disalahkan.

Kurangnya transparansi hukum: undang-undang yang ada belum membuat tugas dan tanggung jawab insinyur pengawas dan sistem rekayasa cukup jelas dan dapat dilacak!

Krisis pengawasan teknik di Baharestan; Peristiwa tragis dibayangi kelalaian pengamat!

Kelemahan dan kekurangan pelaporan insiden

1- Memperjelas tugas semua lembaga

Dalam kejadian ini, peran dan tanggung jawab seluruh elemen belum terdefinisi dengan jelas. Undang-undang harus direvisi sedemikian rupa sehingga tanggung jawab masing-masing lembaga ditentukan secara spesifik dan operasional.

2- Kurangnya tindak lanjut hukum atas tindakan yang ditinggalkan

Penting untuk memasuki kantor kehakiman dan kejaksaan untuk menyelidiki kelalaian insinyur pengawas dan sistem rekayasa dalam insiden tersebut. Permasalahan ini harus dijadikan agenda sebagai upaya preventif dan pencegah.

3- Kurangnya laporan terdokumentasi mengenai kinerja insinyur pengawas

Salah satu kelemahannya adalah tidak adanya laporan yang akurat dan berkala mengenai kinerja supervisi engineer. Laporan-laporan ini dapat meningkatkan tanggung jawab masyarakat dan mengungkap pelanggaran.

4- Lemahnya pendidikan dan kesadaran masyarakat

Masyarakat dan bahkan banyak pengusaha tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip keselamatan konstruksi dan perlunya mematuhi standar. Program pendidikan dapat membantu meningkatkan kesadaran ini.

5- Kurangnya sistem pemantauan untuk pengujian dan penggalian tanah

Pengujian dan penggalian tanah harus dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan independen. Penting untuk membangun mekanisme pemantauan sistematis di bidang ini.

Solusi untuk mencegah kejadian serupa

Menciptakan sistem pelaporan yang transparan: Sebuah sistem harus dirancang di mana laporan berkala dari insinyur pengawas, pengujian tanah dan penggalian dapat dicatat dan dilacak.

Memperkuat pengawasan sistem rekayasa: Sistem rekayasa harus memperkuat perannya dengan memberikan pelatihan berkelanjutan dan menangani secara serius para insinyur yang melakukan pelanggaran.

Masuknya sistem peradilan: Sistem peradilan harus menangani kelalaian insinyur pengawas dan organisasi sistem rekayasa untuk mencegah terulangnya insiden serupa.

Amandemen undang-undang: Undang-undang harus direvisi sedemikian rupa sehingga tanggung jawab semua lembaga, termasuk insinyur pengawas, pemerintah kota dan sistem rekayasa, menjadi jelas dan dapat ditegakkan.

Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pengusaha: Program pendidikan harus disediakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai perlunya mematuhi prinsip-prinsip teknis dan pengawasan teknik.

Krisis pengawasan teknik di Baharestan; Peristiwa tragis dibayangi kelalaian pengamat!

Ringkasan peristiwa dan insiden

Menurut Tabnak, peristiwa di Nasimshahr, runtuhnya gedung dua lantai di Hamedanak, dan insiden puing-puing di Golestan Shahr semuanya menunjukkan kelemahan struktural dan eksekutif di bidang pengawasan proyek konstruksi. Hanya melalui pemantauan terus-menerus, penegakan hukum yang ketat, dan penanganan pelanggaran, tragedi seperti itu dapat dicegah agar tidak terulang kembali dan keamanan serta kepercayaan publik terjamin.

Peristiwa Nasimshahr menunjukkan lemahnya pengawasan dan tanggung jawab di bidang konstruksi. Memperjelas tanggung jawab, menangani kelalaian secara serius, dan memperkuat pemantauan sistem teknik dapat mencegah terjadinya insiden serupa. Keamanan dan kepercayaan publik hanya dapat dijamin melalui pembagian tanggung jawab yang adil dan kerja sama semua pihak yang terlibat.

Sumber

Alexander Rossi
Alexander Rossi is the Creator and Editor for Gadget & Teknologi with a degree in Information Technology from the University of California, Berkeley. With over 11 years of experience in technology journalism, Alexander has covered cutting-edge innovations, product reviews, and digital trends globally. He has contributed to top tech outlets, providing expert analysis on gadgets and tech developments. Currently at Agen BRILink dan BRI, Alexander leads content creation and editorial strategy, delivering comprehensive and engaging technology insights.