REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai kemenangan Donald Trump pada pemilu Amerika Serikat 2024 berpotensi mendorong bank sentral global untuk lebih berhati-hati dalam mengelola kebijakan moneternya. Ketua Dewan Komisaris OJK Mahendra Siregar mengatakan proteksionisme perdagangan yang diperkirakan akan diterapkan oleh pemerintahan Trump dapat memicu ketidakpastian di pasar keuangan global.
Menurut Mahendra, kemenangan Presiden terpilih Donald Trump dan dominasi Partai Republik meningkatkan ekspektasi terhadap kebijakan proteksionis yang pada akhirnya akan mempengaruhi dinamika perdagangan global dan stabilitas pasar keuangan.
“Instabilitas geopolitik di beberapa negara khususnya di Asia dan Eropa serta Timur Tengah dan khususnya di Ukraina juga meningkatkan risiko geopolitik itu sendiri,” kata Mahendra dalam Konferensi Pers Hasil RDKB November 2024, Jumat (13/12/2024).
Akibatnya, investor cenderung mengalihkan dananya ke aset yang lebih aman, sehingga pasar saham, obligasi, dan nilai tukar di negara-negara emerging market, termasuk Indonesia, menghadapi tekanan. OJK juga menyoroti ekspektasi bahwa tingkat akhir suku bunga kebijakan akan meningkat karena sikap hati-hati bank sentral global, yang akan memperketat kondisi likuiditas dan mempengaruhi pasar keuangan secara luas.
Kendati demikian, Mahendra memastikan sektor jasa keuangan Indonesia tetap stabil. Pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun 2024 mencapai 4,95 persen dengan inflasi terkendali dan neraca pembayaran masih mencatat surplus. Namun, OJK juga mencermati pelemahan sejumlah indikator domestik seperti PMI manufaktur, penjualan eceran, dan indeks kepercayaan konsumen.
OJK juga menekankan pentingnya mitigasi risiko yang dilakukan lembaga jasa keuangan untuk mengantisipasi ketidakpastian global. OJK juga berkomitmen memperkuat koordinasi internasional untuk menjaga stabilitas sektor keuangan Indonesia dalam menghadapi dampak kebijakan global yang dipengaruhi pemerintahan Trump.