Djibouti telah menjadi tujuan investasi utama di Afrika Timur bagi perusahaan-perusahaan Tiongkok di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan Beijing, dengan kepentingan mereka mulai dari pertambangan hingga pembangunan kereta api dan pelabuhan. Negara ini juga menjadi tuan rumah satu-satunya pangkalan militer Tiongkok di luar negeri.
Di sisi lain, Djibouti memiliki kapasitas produksi yang terbatas, sementara iklimnya yang tidak bersahabat dan topografi yang kompleks – dengan 90 persen gurun dan dataran tinggi vulkanik – membatasi hasil pertanian hanya sebesar 1 persen dari PDB. Faktor-faktor ini menyebabkan ketergantungan yang besar terhadap impor.
Djibouti juga merupakan rumah bagi Danau Assal, yang memiliki cadangan garam terbesar di dunia dan merupakan perairan paling asin kedua, setelah Kolam Don Juan di Antartika. Namun selama beberapa dekade, aset alam ini masih kurang dimanfaatkan, sehingga menghambat potensi pertumbuhan bagi masyarakat lokal dan investor.
Pada tahun 2015, perusahaan milik negara China Communications Construction Company mengakuisisi saham mayoritas di perusahaan garam yang sebelumnya dimiliki Amerika, dan mengubahnya menjadi Perusahaan Investasi Garam Djibouti.