Menurut Rubio, memimpin Departemen Luar Negeri AS adalah “tanggung jawab yang sangat besar.”
“Sebagai Menteri Luar Negeri, saya akan bekerja setiap hari untuk melaksanakan agenda kebijakan luar negerinya (Trump). Di bawah kepemimpinan Presiden Trump, kami akan menjamin perdamaian melalui kekuatan dan selalu mengutamakan kepentingan Amerika dan Amerika di atas segalanya,” tulis politisi tersebut.
Rubio berharap mendapatkan dukungan para senator untuk memastikan Trump “memiliki tim keamanan nasional dan kebijakan luar negerinya sendiri” ketika ia menjabat pada 20 Januari.
Memimpin Departemen Luar Negeri AS adalah tanggung jawab yang sangat besar dan saya merasa terhormat atas kepercayaan yang diberikan Presiden Trump kepada saya. Sebagai Menteri Luar Negeri, saya akan bekerja setiap hari untuk melaksanakan agenda kebijakan luar negerinya. Di bawah kepemimpinan Presiden Trump kami akan mewujudkan perdamaian…
— Marco Rubio (@marcorubio) 13 November 2024
Konteks
Pemilihan presiden AS berlangsung pada tanggal 5 November. Kandidat Partai Republik Donald Trump memenangkannya dengan 312 suara elektoral, sementara lawannya, Wakil Presiden Kamala Harris, mendapat 226 suara elektoral.
Reuters menyebut Rubio sebagai “kandidat paling agresif dalam daftar Trump.” Sebelumnya, ia merupakan pendukung kebijakan luar negeri AS yang keras terhadap musuh geopolitik Amerika, khususnya China, Iran, dan Kuba. Namun, selama bertahun-tahun, Rubio telah melunakkan beberapa posisinya.
Isu perang di Ukraina akan menjadi agenda utama Rubio, kata Reuters. Dia baru-baru ini berbicara tentang perlunya mencari resolusi damai terhadap perang dengan Rusia, daripada mengembalikan semua wilayah yang telah direbut oleh agresor selama satu dekade. “Saya tidak berada di pihak Rusia, namun sayangnya kenyataannya perang di Ukraina akan berakhir melalui negosiasi,” kata Rubio dalam sebuah wawancara. NBC pada bulan September.