Entitas tersebut juga mengusulkan pemisahan biaya untuk energi, kapasitas, dan layanan jaringan dengan mengatakan bahwa hal ini mendukung restrukturisasi organisasinya dan selaras dengan kebutuhan pasar listrik yang kompetitif.
Namun, para kritikus berpendapat bahwa tarif tetap yang tinggi secara tidak proporsional berdampak pada rumah tangga berpendapatan rendah dan pengguna energi terbarukan skala kecil.
Organisasi masyarakat sipil menyampaikan keprihatinan mengenai pungutan tetap yang berdampak pada rumah tangga berpendapatan rendah, khususnya mereka yang tidak tergolong miskin. Banyak yang percaya bahwa sistem klasifikasi ini memiliki kelemahan, karena tidak menyertakan konsumen dengan penggunaan listrik rendah yang menghadapi tagihan listrik yang tinggi.
Perwakilan Institut Lingkungan Komunitas Iman Afrika Selatan, Mishkah Moeral, mengatakan bahwa mereka menganjurkan pendekatan restrukturisasi tarif yang “menetapkan inisiatif nasional, yang melibatkan Eskom, otoritas lokal, dan masyarakat sipil, untuk memposisikan pelanggan sebagai peserta aktif dalam penggunaan listrik yang efisien (dan) mendidik pelanggan tentang biaya pelayanan listrik, struktur tarif, dan pilihan penghematan biaya untuk mendukung penggunaan listrik yang optimal.”
Sementara itu perwakilan City Power Frank Hinda menekankan pentingnya pendekatan yang seimbang dan disengaja terhadap restrukturisasi tarif untuk menghindari dampak buruk pada pelanggan sekaligus mendukung kebutuhan operasional Eskom.
“Biaya warisan harus dievaluasi ulang untuk memastikan pendekatan yang adil dalam memisahkan tarif pembangkitan. Restrukturisasi tarif idealnya menghindari penerapan pada awal siklus tarif baru untuk memberikan kepastian harga yang lebih besar bagi pelanggan,” kata Hinda.
SowetanLIVE
