Beijing telah memerintahkan investor Tiongkok di proyek pertambangan luar negeri untuk melaporkan cadangan terbukti dan prospektif mineral penting mereka, karena persaingan dengan Washington akan meningkat setelah pelantikan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat minggu depan.
Pada hari Senin, Kementerian Perdagangan memperluas daftar sumber daya mineral yang harus diumumkan oleh perusahaan pertambangan Tiongkok yang beroperasi di luar negeri, khususnya menanyakan informasi tentang tanah jarang, bijih titanium, zirkon, dan bijih tantalum.
Perusahaan Tiongkok yang beroperasi di luar negeri kini perlu mendeklarasikan lebih dari 41 jenis produk mineral, dibandingkan sebelumnya 32 jenis. Salah satu item tambahannya adalah antimon, yang dihentikan ekspornya oleh Tiongkok pada bulan Oktober.
Mineral penting nonlogam dalam daftar tersebut meliputi grafit kristal baru, grafit amorf, boron, dan fluorit.
Langkah ini didasarkan pada revisi terbaru Peraturan Statistik Penanaman Modal Asing, yang dikeluarkan oleh kementerian, Biro Statistik Nasional, dan Administrasi Devisa Negara.
Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini kaya akan mineral seperti logam tanah jarang (rare earth), yang sangat penting untuk produksi ponsel pintar, kendaraan listrik, dan sistem pertahanan. Namun, negara ini juga sangat bergantung pada impor logam utama seperti litium, yang banyak digunakan dalam industri listrik. baterai kendaraan.
Tiongkok adalah importir tembaga, aluminium, nikel, dan litium terbesar di dunia dan telah banyak berinvestasi dalam operasi penambangan di negara-negara yang telah menandatangani Inisiatif Sabuk dan Jalan, termasuk Republik Demokratik Kongo, Zambia, Peru, Chili, dan Indonesia.