Angkatan Laut AS meminta maaf dalam sebuah upacara pada hari Sabtu atas pemboman desa penduduk asli Alaska di Kake pada akhir tahun 1860-an, The Guardian dilaporkan.
“Ini telah berlangsung selama 155 tahun,” kata Joel Jackson, presiden Desa Terorganisir Kake, tentang permintaan maaf tersebut. “Ini menjadi kenyataan karena kita tidak pernah membicarakannya dan sekarang kita membicarakannya.”
Permintaan maaf Angkatan Laut pada hari Sabtu adalah yang pertama dari dua permintaan maaf yang akan diberikan kepada komunitas Lingít (juga disebut Tlingit) yang dibombardir oleh pasukannya di Kake pada tahun 1869 dan Angoon 13 tahun kemudian.
Laksamana Muda Mark Sucato menyampaikan permintaan maaf dan diperkirakan akan menyampaikan permintaan maaf kedua juga, yang diperkirakan akan berlangsung pada tanggal 26 Oktober, peringatan 142 tahun pemboman angkatan laut di Angoon.
Surat Kabar Washington Post dikatakan bahwa pejabat Angkatan Laut mengakui tindakan “salah” di Kake dan Angoon, seraya menambahkan bahwa tindakan tersebut “menimbulkan trauma multigenerasi.” Juru bicara Angkatan Laut Julianne Leinenveber mengatakan “rasa sakit dan penderitaan yang ditimpakan kepada orang-orang Tlingit layak mendapatkan permintaan maaf yang sudah lama tertunda ini,” tulis publikasi tersebut.
Pada upacara tersebut, para pemimpin dan tetua suku memberikan sambutan, pemuka suku dan pendeta angkatan laut memberikan berkat, dan penari asli setempat Ḵéex’ Ḵwáan dan band angkatan laut tampil, kata The Guardian.
Pada bulan Juli, The Washington Post dilaporkan bahwa Pentagon akan meninjau 20 Medali Kehormatan yang diberikan atas tindakan selama pembantaian Wounded Knee, di mana Kavaleri ke-7 Angkatan Darat AS menembaki ratusan penduduk asli Amerika.