Ribuan orang berdemonstrasi di Tbilisi untuk menuntut pemilihan parlemen baru dan mengecam pemerintahan Georgia yang tidak sah menjelang pelantikan presiden yang diperebutkan.
Menurut laporan media, rantai manusia membentang di seluruh ibu kota sebelum pengunjuk rasa berkumpul di depan gedung parlemen.
Unjuk rasa pada hari Sabtu awalnya berlangsung damai, dan protes juga terjadi di kota-kota lain, termasuk Batumi, Kutaisi, Zugdidi, Poti, Rustavi dan Gurjaani, media lokal melaporkan.
Pelantikan presiden baru Georgia yang disengketakan, Mikheil Kavelashvili, ditetapkan pada hari Minggu meskipun ada protes selama berminggu-minggu.
Kepala negara pro-Barat, Salome Zourabichvili, berencana untuk mencegah pelantikannya karena dia tidak mengakui legitimasi Kavelashvili.
Zurabishvili meminta para pendukungnya untuk berkumpul di depan istana presiden pada hari Minggu.
“Saya menunggumu di depan Istana Orbeliani,” katanya seperti dikutip kantor NewsGeorgia.
Dia mengatakan dia kemudian akan memutuskan bersama para pendukungnya bagaimana melanjutkannya dalam beberapa hari ke depan.
Selama berminggu-minggu, ribuan orang melakukan demonstrasi setiap hari di Georgia untuk menuntut kembalinya kebijakan negara tersebut yang pro-Uni Eropa dan untuk pemilihan ulang parlemen pada bulan Oktober, di mana partai nasionalis yang berkuasa, Georgian Dream, menyatakan dirinya sebagai pemenang.
Para pengunjuk rasa khawatir partai tersebut terlalu dekat dengan Rusia dan akan membawa negara tersebut lebih jauh ke dalam orbit Moskow, beberapa dekade setelah negara tersebut memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet.