Setelah runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989, patung pemimpin Komunis Vladimir Lenin (1870–1924) dibongkar di seluruh bekas republik Soviet. Di antara mereka yang memperhatikan adalah Aage Damgaard, seorang pengusaha restoran steak dan kolektor seni dari Herning, Denmark. Terinspirasi oleh peristiwa tersebut, Damgaard memutuskan untuk memperoleh salah satu relik tersebut.
Meskipun ia meninggal pada tahun 1991, visi Damgaard tetap hidup melalui putra-putranya. Pada tahun 1994, mereka membeli perunggu Lenin setinggi 33 kaki (10 meter) dari Jelgava, Latvia, tempat patung tersebut dipasang pada tahun 1974. Dibuat oleh seniman Latvia Otto Kalējs, patung itu dijual seharga $10.000—dengan satu syarat khusus: kota dapat membelinya kembali dalam waktu 10 tahun jika Komunisme kembali terjadi secara tidak terduga.
Mengangkut peninggalan besar dan kuat dari Baltik ke Denmark bukanlah hal yang mudah. Setelah melakukan perjalanan dengan kapal dan truk, monumen tersebut akhirnya tiba di Herning, tempat seniman Denmark Sven Dalsgaard menata ulang presentasinya. Daripada berpose berdiri seperti biasa, Dalsgaard mengusulkan agar Lenin dibaringkan, ditinggikan 13 kaki (4 meter) dari tanah di atas penyangga baja seperti garpu.
Upaya untuk memajang patung tersebut di tempat-tempat menonjol seperti Taman Tivoli di Kopenhagen tidak membuahkan hasil. Pada tahun 2000, mereka malah menemukan rumah permanen yang tidak biasa di luar kantor pusat jaringan restoran steak Damgaard di pinggiran pedesaan Herning—menambahkan sentuhan nyata pada lingkungan yang tenang.
Pada tahun 2017, Lenin yang sedang berbaring mengambil jalan memutar singkat ke Smukfest, sebuah festival musik tahunan Denmark yang terkait dengan bisnis keluarga Damgaard. Penyelenggara festival dengan cepat mengklarifikasi bahwa patung itu tidak dimaksudkan untuk mengagungkan Lenin, melainkan sebagai pengingat akan kejatuhan tiran di dunia demokratis.