Banyaknya penumpang yang membawa payung saat mereka keluar dari stasiun Martin Place pada jam sibuk pagi hari membuat pilihan menjadi jelas.
Dihadapkan pada dua ketidaknyamanan yaitu cuaca basah dan tertundanya layanan kereta api, banyak pekerja memutuskan untuk tinggal di rumah pada hari Kamis.
Di dekat pintu masuk bawah tanah ke stasiun kereta, manajer pasta dan kedai kopi Al Dente Roberto Taffuri memperkirakan lalu lintas pejalan kaki turun sekitar 70 persen kemarin. Pada pukul 8 pagi, hari Kamis sepertinya kondisi serupa akan terjadi.
“Kami bergantung pada orang yang naik kereta. Kami menyukai kereta api. Ini adalah bencana besar bagi kami.”
Taffuri mengatakan banyak usaha kecil yang kesulitan pasca-COVID dan “ini tidak membantu sama sekali, orang hanya bisa bekerja dari rumah.
“Karena orang-orang terlambat dua atau tiga jam (pada hari Rabu), mereka bahkan tidak punya waktu untuk berhenti untuk minum kopi. Ini mempunyai dampak yang sangat besar.”
Taffuri mengatakan dia tidak tahu lagi “siapa yang harus disalahkan” dalam perselisihan upah antara pemerintah negara bagian dan serikat pekerja kereta api.
Di sudut jalan, manajer bengkel Moses Shoe Repairs and Keys Michaela Stewart setuju bahwa stasiun tersebut “cukup sepi”.
“Saat kereta tidak berjalan atau sangat tertunda, orang tidak datang, mereka hanya bekerja dari rumah,” ujarnya.
“Kami mungkin menjual banyak payung hari ini.”