Meskipun diskusi perubahan iklim sering kali berfokus pada ilmu pengetahuan dan data, nilai-nilai spiritual dapat menawarkan perspektif dan dukungan yang saling melengkapi.

Konten artikel

Ketika kota kita terus menerapkan kebijakan tiga item sampah yang baru, ada baiknya kita merenungkan satu prinsip ramah lingkungan yang tertanam dalam banyak agama di dunia: pengelolaan lingkungan hidup. Secara khusus, gagasan melindungi dan memelihara Bumi merupakan prinsip penting Ajaran Islam.

Ya, rekan-rekan Ottawa, Anda membacanya dengan benar. Terdapat hubungan yang signifikan, meskipun sering diabaikan, antara keyakinan dan keberlanjutan, yang tidak hanya meningkatkan pemahaman kita namun juga memberikan kerangka kerja yang kuat untuk mengatasi tantangan lingkungan kontemporer.

Iklan 2

Konten artikel

Islam mengajarkan bahwa manusia diserahi tanggung jawab untuk memelihara bumi: “Dialah yang menjadikan kamu penerus bumi” (Qur’an 35:39). Konsep penatalayanan ini tidak hanya ada dalam Islam; hal ini dianut oleh agama-agama Ibrahim, yang memandang umat manusia sebagai pengelola ciptaan Tuhan, yang bertugas melindungi lingkungan. Semua agama ini menekankan perlunya merawat Bumi sebagai ekspresi penghormatan terhadap pekerjaan Tuhan.

Bagi umat Islam, Al-Qur’an tidak hanya berfungsi sebagai firman Tuhan tetapi juga sebagai sumber pedoman dalam segala bidang kehidupan, termasuk bagaimana kita berinteraksi dengan alam. Salah satu ajaran kuncinya adalah larangan pemborosan, yang tidak dianjurkan karena alasan moral dan spiritual. Al-Qur’an memberi tahu umat Islam: “Kami menciptakan segala sesuatu sesuai dengan ukuran dan proporsinya” (Al-Qur’an: 54:49), menggarisbawahi bahwa setiap bagian alam mempunyai tujuan.

Membuang-buang sumber daya tidak hanya berbahaya bagi lingkungan tetapi juga bertentangan dengan kebijaksanaan ilahi. Oleh karena itu, Islam menganjurkan penggunaan sumber daya secara bertanggung jawab, mendesak masyarakat untuk hanya mengambil apa yang mereka butuhkan dan menghindari kelebihan. Prinsip ini sejalan dengan hidup selaras dengan ciptaan Tuhan dan merupakan bentuk kepedulian terhadap lingkungan.

Iklan 3

Konten artikel

Sebuah contoh yang mencerminkan semangat keseimbangan dan moderasi dalam Al-Qur’an, bahkan ketika sumber daya tampak berlimpah, terlihat dalam pendekatan Islam terhadap penggunaan air. Nabi Muhammad memperingatkan para pengikutnya agar tidak boros, bahkan ketika air berlimpah saat melakukan ritual seperti wudhu untuk sholat. Beliau terkenal mengatakan, “Jangan menyia-nyiakan air, meskipun kamu berwudhu di tepi sungai yang banyak alirannya” (Ibnu Majah, 425).

Melindungi Bumi dari bahaya, seperti membuang sampah sembarangan, adalah tema penting lainnya dalam Islam. Nabi bersabda, “Setiap persendian seseorang wajib bersedekah setiap hari saat matahari terbit … (dan) menghilangkan benda berbahaya dari jalan adalah sedekah” (an-Nawawi, 26). Ajaran ini menghubungkan kepedulian lingkungan secara langsung dengan pertumbuhan spiritual, sehingga jelas bahwa melindungi Bumi merupakan tanggung jawab fisik dan moral.

Membuang-buang sumber daya tidak hanya berbahaya bagi lingkungan tetapi juga bertentangan dengan kebijaksanaan ilahi.

Meskipun mungkin mengejutkan jika menghubungkan agama dengan isu-isu lingkungan hidup kontemporer, para peneliti dan aktivis lingkungan berpendapat bahwa organisasi-organisasi berbasis agama dapat memainkan peran penting dalam mendorong keberlanjutan. Kelompok agama, meskipun sering kali tidak diikutsertakan dalam proses pembuatan kebijakan formal, memiliki kekuatan untuk memobilisasi masyarakat dan menginspirasi tindakan kolektif. Faktanya, PBB mengadopsi Resolusi 65/5 Sayaada tahun 2010, yang mengakui pentingnya melibatkan organisasi berbasis agama (FBO) dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Resolusi tersebut menyoroti potensi FBO untuk memobilisasi masyarakat, mengadvokasi hak asasi manusia, mempromosikan perdamaian dan mengatasi tantangan lingkungan hidup yang kritis.

Iklan 4

Konten artikel

Sudah ada contoh sukses gerakan berbasis agama yang mendorong perubahan lingkungan. Misalnya, Iman Hijau dan gerakan Spiritualitas Hijau memberdayakan komunitas agama di seluruh dunia untuk mempromosikan dan mengadvokasi keadilan iklim. Demikian pula, Inisiatif Hutan Hujan Lintas Agama menyatukan para pemimpin agama untuk memerangi deforestasi tropis dan melindungi hutan hujan, sekaligus mendukung masyarakat adat. Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan kekuatan spiritualitas dalam memajukan aksi lingkungan hidup dan menyoroti peran komunitas agama dalam mengatasi tantangan lingkungan hidup.

Gletser Alaska
Sebuah kapal pesiar melewati gletser Alaska yang spektakuler. Kelompok berbasis agama dapat menyebarkan berita tentang perubahan iklim kepada banyak orang. Foto oleh Robin Robinson

Meskipun diskusi perubahan iklim sering kali berfokus pada ilmu pengetahuan dan data, nilai-nilai spiritual dapat memberikan perspektif yang saling melengkapi dalam mengatasi krisis lingkungan. Memasukkan ajaran agama ke dalam kebijakan lingkungan dapat memperdalam komitmen kita terhadap praktik berkelanjutan. Mengingat pentingnya isu-isu seperti perubahan iklim, polusi dan limbah, pelibatan organisasi berbasis agama dalam inisiatif lokal dapat memberikan momentum perubahan yang sangat dibutuhkan. Dengan memanfaatkan otoritas moral para pemimpin agama, kita dapat mendorong perilaku yang lebih berkelanjutan dan rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap Bumi.

Iklan 5

Konten artikel

Bagaimana cara kerjanya di Ottawa? Meskipun ide ini masih dalam tahap awal, organisasi berbasis agama dapat mengambil peran utama dalam mempromosikan keberlanjutan di kota. Misalnya, para pemimpin agama dapat bersatu untuk mengadvokasi daur ulang dan praktik ramah lingkungan lainnya, dengan memasukkan pesan-pesan ini ke dalam khotbah, pendidikan agama, dan acara komunitas. Dengan melakukan hal ini, komunitas agama dapat menanamkan rasa tanggung jawab dan urgensi terhadap isu-isu lingkungan di dalam jemaat mereka.

Di Kanada, kami juga sangat menghormati kearifan Pribumi mengenai tanah dan alam. Kolaborasi antara kelompok agama dan masyarakat adat dapat menawarkan pendekatan holistik terhadap pengelolaan lingkungan, menggabungkan pengetahuan ekologi tradisional dengan wawasan spiritual untuk menciptakan solusi berkelanjutan. Inisiatif tingkat kota dapat mendorong pendidikan lingkungan, kolaborasi dan advokasi, mengatasi tantangan lokal seperti pengurangan sampah dan konservasi sumber daya.

Sebagai warga Ottawa, penting bagi kita untuk menyadari pentingnya melindungi lingkungan dan mencari segala cara untuk melakukannya. Dengan menganut ajaran berbagai tradisi kepercayaan dan kearifan masyarakat adat, kita dapat membangun masa depan kota kita yang lebih berkelanjutan. Mari kita bertanggung jawab atas tindakan kita dan memastikan bahwa upaya kita saat ini berkontribusi terhadap dunia yang lebih sehat dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.

Dr.Aliaa Dakroury adalah Associate Professor di Sekolah Komunikasi Sosial, Fakultas Ilmu Pengetahuan Manusia, Universitas Saint Paul di Ottawa. Minat penelitiannya antara lain terfokus pada hak untuk berkomunikasi, kebijakan publik media Kanada, dan representasi media terhadap Islam. Dia dapat dihubungi di: [email protected]

Direkomendasikan dari Editorial

Konten artikel

Sumber

Valentina Acca
Valentina Acca is an Entertainment Reporter at Agen BRILink dan BRI, specializing in celebrity news, films and TV Shows. She earned her degree in Journalism and Media from the University of Milan, where she honed her writing and reporting skills. Valentina has covered major entertainment events and conducted interviews with industry professionals, becoming a trusted voice in International media. Her work focuses on the intersection of pop culture and entertainment trends.