Belakangan ini, terjadi peningkatan yang meresahkan dalam kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh orang-orang terkasih, teman, atau tetangga, sehingga menyebabkan kehancuran pada keluarga dan masyarakat. Tindakan kekerasan ini sering kali menunjukkan perilaku psikopat atau sosiopat, sehingga menekankan pentingnya memahami cara melindungi diri dari orang-orang tersebut. Gangguan kepribadian antisosial, umumnya dikenal sebagai sosiopati, adalah suatu kondisi kesehatan mental di mana seseorang terus-menerus mengabaikan benar dan salah serta menunjukkan kurangnya empati terhadap orang lain. Orang dengan kelainan ini bersifat manipulatif, penipu, dan acuh tak acuh terhadap kerugian yang ditimbulkannya. Mereka sering kali terlibat dalam perilaku impulsif atau kekerasan, melanggar hukum, dan bergumul dengan hubungan dan tanggung jawab. Psikopat lebih penuh perhitungan dan egosentris. Mereka tidak memiliki hati nurani dan empati, dan meskipun mereka dapat mengikuti norma-norma sosial jika hal tersebut menguntungkan mereka, mereka biasanya memiliki kecenderungan kriminal yang mengakar. Sebaliknya, sosiopat lebih mudah berubah dan rentan terhadap ledakan kemarahan yang tiba-tiba. Sementara psikopat dapat mempertahankan penampilan normalnya, sosiopat berjuang untuk mengendalikan keadaan mereka

Di Nigeria, dimana ketidakamanan telah menjadi isu utama, banyak warganya merasa tidak aman. Ketidakmampuan pemerintah untuk secara konsisten menegakkan hukum dan melindungi rakyatnya hanya menambah risiko. Misalnya, meskipun Undang-Undang Senjata Api melarang kepemilikan senjata api tanpa izin, banyak penjahat jarang dimintai pertanggungjawaban. Teroris dan pelaku kekerasan lainnya seringkali bebas begitu saja setelah ditangkap, sehingga mengikis kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum. Salah satu kasus yang memilukan adalah kasus Christiana Idowu, seorang mahasiswa Universitas Federal Pertanian Abeokuta yang diculik dan kemudian dibunuh meskipun keluarganya membayar uang tebusan. Penculiknya akhirnya ditangkap setelah polisi menelusuri rincian bank yang digunakan untuk pembayaran uang tebusan. Insiden tragis ini menggambarkan realitas mengerikan dari kekerasan yang tidak terkendali di masyarakat Nigeria. Di tempat lain, di Atlanta, Colt Gray yang berusia 14 tahun menembak dan membunuh dua siswa dan dua guru di sekolahnya, sebuah kejahatan yang terkait dengan pengalamannya dengan penindasan dan pemisahan orang tua. Insiden-insiden seperti ini merupakan pengingat akan bagaimana trauma mental jika tidak ditangani, dapat menyebabkan akibat yang sangat buruk.

Penting untuk mengenali tanda-tanda awal masalah kesehatan mental yang dapat menyebabkan sosiopati atau psikopati. Gejala umumnya meliputi: perasaan sedih atau putus asa yang terus-menerus, menarik diri dari aktivitas sosial, perubahan suasana hati yang ekstrem, kesulitan berkonsentrasi atau mempertahankan fokus, kurangnya empati atau penyesalan. Sosiopat, khususnya, cenderung: menunjukkan perilaku impulsif, pemarah, mudah meledak-ledak, gagal mempertahankan pekerjaan atau hubungan yang stabil, merasionalkan tindakan berbahaya meskipun mereka tahu bahwa tindakan tersebut salah. Sebaliknya, psikopat sering kali: menunjukkan perilaku berhati dingin dan manipulatif, mempertahankan kehidupan “normal” untuk menutupi tindakan kriminal mereka, tidak memiliki ikatan emosional yang tulus, bahkan dalam hubungan dekat.

Dampak trauma masa kecil

Trauma masa kanak-kanak, seperti pelecehan, penelantaran, atau intimidasi, secara signifikan meningkatkan risiko berkembangnya perilaku kekerasan atau antisosial. Pengalaman-pengalaman ini dapat mengganggu perkembangan emosi, merusak keterikatan terhadap orang lain, dan mengarah pada kecenderungan agresif. Jika tidak ditangani, trauma masa kanak-kanak dapat bermanifestasi dalam kondisi kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau skizofrenia, dengan potensi konsekuensi jangka panjang.

Mengingat prevalensi perilaku sosiopat dan psikopat, penting untuk mengambil tindakan pencegahan untuk melindungi diri Anda sendiri. Berikut adalah beberapa langkah praktis yang perlu dipertimbangkan: 1. Waspadai tanda bahaya: Perhatikan tanda-tanda manipulasi, ketidakjujuran, atau ketidakpedulian terhadap perasaan orang lain. Sosiopat dan psikopat sering kali menggunakan pesona untuk menyamarkan niat sebenarnya. 2. Tetapkan batasan yang jelas: Lindungi diri Anda dengan menetapkan batasan pribadi yang tegas. Jangan biarkan orang lain merasa bersalah atau memanipulasi Anda dengan tindakan atau keputusan yang membuat Anda tidak nyaman. 3. Selalu beri tahu orang yang Anda cintai: Selalu bagikan lokasi dan pergerakan Anda dengan seseorang yang Anda percaya. Langkah sederhana ini bisa sangat membantu dalam memastikan keselamatan Anda dan mencegah kepanikan yang tidak perlu selama keadaan darurat. 4. Percayai insting Anda: Jika perilaku seseorang terasa tidak menyenangkan atau jika suatu situasi membuat Anda tidak nyaman, percayalah pada firasat Anda dan jauhkan diri Anda dari individu atau skenario tersebut. 5. Mendidik diri sendiri: Tetap terinformasi tentang taktik yang digunakan sosiopat dan psikopat untuk mengeksploitasi dan memanipulasi orang lain. Semakin banyak Anda mengetahuinya, semakin baik pula Anda untuk mengenali dan menghindari pengaruh racunnya. 6. Bangun jaringan yang mendukung: Kelilingi diri Anda dengan teman dan anggota keluarga tepercaya yang dapat memberikan bimbingan dan dukungan emosional. Sistem pendukung yang kuat dapat memberikan perlindungan terhadap individu yang merugikan.

Di dunia di mana tantangan kesehatan mental semakin nyata, memahami ciri-ciri sosiopat dan psikopat sangat penting untuk menjaga diri. Dengan tetap waspada, menetapkan batasan yang jelas, dan membina hubungan yang mendukung, Anda dapat melindungi diri dari perilaku berbahaya mereka dan memastikan kehidupan yang lebih aman dan memuaskan.

BACA JUGA: Nigeria mengungkapkan keprihatinannya karena lebih dari 121 orang tewas dalam kekerasan pasca pemilu di Mozambik

Sumber

Wisye Ananda
Wisye Ananda Patma Ariani is a skilled World News Editor with a degree in International Relations from Completed bachelor degree from UNIKA Semarang and extensive experience reporting on global affairs. With over 10 years in journalism, Wisye has covered major international events across Asia, Europe, and the Middle East. Currently with Agen BRILink dan BRI, she is dedicated to delivering accurate, insightful news and leading a team committed to impactful, globally focused storytelling.