Perusahaan arsitektur yang berbasis di Beijing, Aedas, telah meluncurkan desainnya untuk Museum Yohoo, yang akan berlokasi di sebuah pulau buatan di Hangzhou, Tiongkok. Dirancang untuk mewujudkan aliran Sungai Yangtze, museum ini akan menampilkan fasad bergelombang yang tampak melayang di atas tanah, menjadikannya sebagai landmark budaya.

Inti dari desain Museum Yohoo adalah konsep batu giok, bahan yang dihormati karena signifikansi sejarah dan budayanya di Tiongkok. Aedas menerjemahkan simbolisme ini ke dalam struktur cincin ganda, yang menyerupai dua cincin giok yang saling bertautan.

Terlebih lagi, struktur cincin ganda ini membentang seluas 5.356 meter persegi (57.652 kaki persegi) dan akan tampak menentang gravitasi. Tepi bangunan akan diangkat perlahan dari tanah, ditopang oleh rangka baja tunggal yang tidak memberikan dukungan terlihat. Prestasi arsitektural ini akan membuat bangunan tampak seperti melayang di udara.

Aedas telah menyusun struktur cincin ganda yang menyerupai dua cincin giok yang saling bertautan

Aedas

Fasad museum akan dibangun dari panel “kaca zamrud” yang tembus cahaya. Panel-panel ini terbuat dari kaca laminasi berlapis-lapis yang memungkinkan cahaya alami menembus jauh ke dalam interior, menciptakan interaksi lembut antara cahaya dan bayangan yang dimaksudkan untuk meningkatkan suasana museum.

Museum Yohoo akan berdiri tinggi di atas danau di sekitarnya, menawarkan pemandangan panorama dari hampir setiap sudut. Sisi barat yang ditinggikan, didukung oleh kerangka baja, akan menciptakan piazza yang semarak di bawahnya, ideal untuk mengadakan acara dan pertemuan di luar ruangan. Di sisi utara, panel kaca besar akan menawarkan pemandangan lanskap sekitarnya yang luas, memadukan interior dengan dunia luar.

Sisi barat Museum Yohoo yang ditinggikan
Sisi barat Museum Yohoo yang ditinggikan

Aedas

Interior Museum Yohoo dirancang menjadi ruang interaktif modern, multidimensi, yang mendorong keterlibatan budaya dan interaksi komunitas. Dengan serangkaian halaman terbuka dan sumur cahaya melingkar, museum ini akan menawarkan beragam pengalaman spasial, masing-masing dirancang dengan cermat untuk membangkitkan respons emosional yang berbeda.

Meskipun Museum Yohoo mewakili pendekatan yang berani dan visioner terhadap desain museum, terdapat pertanyaan mengenai keberlanjutan dan kepraktisan jangka panjangnya. Struktur yang tinggi, meskipun mencolok secara visual, dapat menimbulkan tantangan dalam hal pemeliharaan dan aksesibilitas. Selain itu, desain museum yang terapung dan penggunaan kaca yang berlebihan menimbulkan kekhawatiran mengenai pengendalian iklim dan konsumsi energi… terutama di wilayah seperti Hangzhou, di mana suhu dapat berfluktuasi secara dramatis.

Terlepas dari kekhawatiran ini, desain Aedas untuk Museum Yohoo menjanjikan akan menjadi sebuah mahakarya arsitektur yang pasti akan memberikan dampak.

Sumber: Aedas melalui Harian Agung



Sumber

Reananda Hidayat
reananda Permono reananda is an experienced Business Editor with a degree in Economics from a Completed Master’s Degree from Curtin University, Perth Australia. He is over 9 years of expertise in business journalism. Known for his analytical insight and thorough reporting, Reananda has covered key economic developments across Southeast Asia. Currently with Agen BRILink dan BRI, he is committed to delivering in-depth, accurate business news and guiding a team focused on high-quality financial and market reporting.