Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak usulan gencatan senjata sementara dengan Hizbullah, yang ditawarkan oleh AS dan beberapa sekutu minggu ini, dan berjanji untuk terus berperang melawan kelompok militan Lebanon tersebut.
Hari Kamis penyataan dari kantor Netanyahu mengatakan perdana menteri “bahkan belum menanggapi” usulan tersebut dan bahwa “arahan yang dimaksudkan untuk meredakan pertempuran di utara adalah kebalikan dari kebenaran.”
“Perdana Menteri telah memerintahkan IDF untuk terus bertempur dengan kekuatan penuh, sesuai dengan rencana yang disampaikan kepadanya,” bunyi pernyataan itu, mengacu pada Pasukan Pertahanan Israel. “Pertempuran di Gaza juga akan terus berlanjut hingga semua tujuan perang tercapai.”
Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz juga menolak gencatan senjata di utara.
“Tidak akan ada gencatan senjata di utara,” dia memposting di platform sosial X. “Kami akan terus berjuang melawan organisasi teroris Hizbullah dengan sekuat tenaga hingga kemenangan diraih dan penduduk utara dapat kembali ke rumah mereka dengan selamat.”
Tidak ada pernyataan langsung dari Hizbullah atau pemerintah Lebanon tentang potensi perjanjian gencatan senjata.
Usulan yang dipimpin AS dan Prancis, yang dirilis hari Rabu, menyerukan gencatan senjata selama 21 hari antara Israel dan Hizbullah, yang semakin mendekati perang skala penuh setelah pertukaran serangan dan serangan roket yang intens dalam seminggu terakhir.
Proposal tersebut ditandatangani oleh Australia, Kanada, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.
Seorang pejabat senior pemerintahan Biden mengatakan Rabu malam bahwa AS berharap Lebanon dan Israel menerima proposal tersebut, yang akan melibatkan negosiasi untuk kesepakatan di sepanjang Garis Biru, batas antara kedua negara, sebelum gencatan senjata 21 hari berakhir.
Negosiasi tersebut akan berupaya menyelesaikan krisis yang dialami sekitar 60.000 warga Israel yang mengungsi dari perbatasan utara dengan Lebanon. Israel telah menyatakan bahwa memulangkan warga tersebut ke zona aman kini menjadi tujuan perang.
Dengan berakhirnya perang di Gaza melawan kelompok militan Palestina Hamas, Israel telah meningkatkan serangannya terhadap Hizbullah bulan ini, diduga meledakkan pager dan radio genggam yang menargetkan kelompok tersebut minggu lalu dan melakukan serangan besar-besaran selama beberapa hari, termasuk serangan hari Senin yang menewaskan lebih dari 500 orang.
Israel dan Hizbullah telah bertempur sejak 8 Oktober, tetapi sebagian besar pertempuran tersebut terbatas pada serangan lintas perbatasan. Hizbullah telah mengaitkan operasinya dengan perang di Gaza untuk mendukung Hamas. Upaya diplomatik AS telah gagal selama berbulan-bulan untuk menghentikan pertempuran tersebut.
Jenderal tinggi Israel memperingatkan hari Rabu bahwa pasukan sedang bersiap untuk invasi darat ke Lebanon.