Kehebohan seputar IRS Jovem telah dirasakan selama beberapa waktu. Di antara suara-suara perayaan dan protes lainnya, pajak ini tidak luput dari perhatian. Sejak awal Januari, selain pertanyaan klasik “Tahun yang baik!”, sebuah pertanyaan baru juga menjadi perbincangan orang-orang, seperti saya, yang berusia hingga 35 tahun: “Jadi, bagaimana dengan Pajak Penghasilan Kaum Muda?”.
Kebijakan baru ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari, dengan APBN tahun 2025, dan merupakan “diskon” Pajak Penghasilan yang mencakup, selama sepuluh tahun ke depan, pekerja hingga usia 35 tahun.
Pengurangan pajak pada prinsipnya adalah sesuatu yang positif, namun subteks, pengecualian dan kontekstualisasinya mungkin menunjukkan bahwa kita sedang menghadapi tambalan untuk masalah yang lebih besar.
Dalam salah satu perbincangan ini, salah satu situasi paling menggelikan dari tindakan ini terungkap: kaum muda di bawah usia 35 tahun, namun telah bekerja lebih dari sepuluh tahun, tidak dapat memperoleh manfaat dari diskon ini dan skenario ini menimbulkan beberapa situasi ketidakadilan. . Kaum muda yang, ketika belajar, harus bekerja karena “lift sosial” yang terkenal itu tetap rusak, sekali lagi dirugikan. Misalnya saja, seorang anak muda yang, semasa pendidikan tinggi, bekerja untuk membayar uang sekolah, perumahan, perjalanan dan biaya-biaya lainnya – sering kali dengan gaji yang sangat rendah sehingga setiap sen akan membawa perbedaan, sementara beasiswa hanya sekedar khayalan belaka – mungkin saat ini berusia 11. 12 atau 13 tahun bekerja dan masih berada dalam kelompok umur sampai dengan 35 tahun.
Saat ini pemuda ini masuk dalam pasar kerja, ia bahkan berhasil naik beberapa level, namun ia tidak mendapatkan keuntungannya dan, sekali lagi, ia akan merasakan timbangannya terbalik, ironisnya, karena usahanya sendiri. Kerja keras dan ketahanan pada akhirnya tidak membuahkan hasil jika dibandingkan dengan orang lain yang, bersama Anda, berada dalam kondisi yang persis sama saat ini, namun cukup beruntung tidak menghadapi kesulitan ini selama karir akademis mereka.
Yang benar adalah bahwa justru anak-anak muda inilah yang terus-menerus berjuang melawan rusaknya lift sosial, yang sering menaiki tangga, namun dalam banyak momen langkah-langkah tersebut sepertinya tidak berkurang. Meningkatkan generasi muda sangatlah penting, begitu pula dengan menciptakan kondisi untuk mempertahankan dan menarik mereka. Namun, pertanyaan yang masih mengemuka adalah: apakah kita melakukan hal ini secara seimbang dan terstruktur? Memikirkan kebijakan publik dan menerapkan langkah-langkah semacam ini, tidak diragukan lagi, merupakan misi yang kompleks dan bermanfaat. Tidak akan pernah ada solusi yang menyenangkan masyarakat Yunani dan Trojan, namun ada sesuatu yang harus menjadi dasar dari segalanya: keadilan sosial dan antargenerasi.