Wakil Presiden, Kashim Shettima, telah mengimbau para jurnalis untuk fokus menyampaikan kebenaran secara objektif kepada pihak yang berkuasa dibandingkan memusuhi pemerintah.

Shettima mendesak anggota kelompok keempat untuk, jika diperlukan, selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara kesetiaan mereka pada diri sendiri dan kebenaran.

Berita Naija melaporkan bahwa Wakil Presiden, yang menyatakan hal ini pada hari Sabtu pada peluncuran buku di Abuja, mengatakan bahwa tujuan tersebut harus bergantung pada pelayanan terhadap kebaikan yang lebih besar dan layak mendapatkan kemanusiaan.

Yang harus dijelaskan adalah ada perbedaan antara memusuhi pemerintah dan menyampaikan kebenaran kepada penguasa. Yang terakhir ini didorong oleh prinsip mulia untuk melayani kebaikan yang lebih besar dan layak mendapatkan kemanusiaan.

“Sebaliknya, hal-hal yang pertama biasanya merupakan latihan mementingkan diri sendiri yang kemudian menjadi sia-sia, dan itu bukanlah tujuan akhir yang harus kita cita-citakan dengan informasi dan ide yang kita peroleh dan proses dengan susah payah dalam bidang pekerjaan kita,” katanya.

Wapres menegaskan, untuk membangun bangsa yang ideal, maka kaum intelektual, khususnya jurnalis, harus dibiarkan menjadi hati nurani bangsa.

Ia mengingatkan para jurnalis bahwa selain menyampaikan kebenaran kepada penguasa, negara juga membutuhkan mereka, sebagai profesional media, untuk menjadi hati nurani negara.

Tidak ada pemimpin politik, betapapun tulusnya niat mereka, yang mampu melampaui skala pengetahuan yang mereka miliki, dan hal ini sangat berpengaruh dalam bidang politik kita.

“Meskipun kita membutuhkan sekumpulan profesional media yang berani untuk menyampaikan kebenaran kepada pihak yang berkuasa, kita juga membutuhkan mereka untuk menjadi hati nurani institusi politik dan individu yang mempengaruhi evolusi masyarakat, termasuk pertanyaan tentang kelangsungan hidup kita bersama.katanya.

Namun Shettima mengamati bahwa keberanian sesungguhnya yang dibutuhkan untuk menjadi hati nurani bangsa terletak pada penolakan kompromi dalam upaya mencari kebenaran.

Keberanian sejati adalah mampu mengatakan kebenaran bahkan di hadapan para kritikus dan pengganggu. Terburu-buru untuk mengambil bagian dalam kampanye kotor, bahkan ketika dihadapkan pada fakta-fakta yang lebih baik, tentu saja bukanlah suatu tindakan yang berani. Perbedaan ini membedakan keberanian dengan kepengecutan. Dibutuhkan integritas yang langka untuk mengenali perbedaan antara dua “C”, dia menambahkan.

Sumber

Reananda Hidayat
reananda Permono reananda is an experienced Business Editor with a degree in Economics from a Completed Master’s Degree from Curtin University, Perth Australia. He is over 9 years of expertise in business journalism. Known for his analytical insight and thorough reporting, Reananda has covered key economic developments across Southeast Asia. Currently with Agen BRILink dan BRI, he is committed to delivering in-depth, accurate business news and guiding a team focused on high-quality financial and market reporting.