Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Rabu melontarkan ancaman baru untuk menggunakan senjata nuklir terhadap Barat, yang mengisyaratkan bahwa setiap kekuatan nuklir yang mendukung negara yang menyerang Moskow akan dianggap berpartisipasi dalam agresi tersebut.

Berbicara di hadapan Dewan Keamanan Rusia, Putin mengatakan doktrin nuklir negaranya telah direvisi mengingat “munculnya sumber-sumber baru ancaman dan risiko militer bagi Rusia dan sekutu-sekutu kami.”

“Versi terbaru dari dokumen tersebut mengusulkan bahwa agresi terhadap Rusia oleh negara mana pun yang tidak memiliki senjata nuklir, tetapi dengan partisipasi atau dukungan negara yang memiliki senjata nuklir, harus dianggap sebagai serangan bersama terhadap Federasi Rusia,” kata Putin kepada dewan tersebut.

Ia tidak menjelaskan secara rinci apakah Rusia dapat menanggapi serangan tersebut dengan senjata nuklir, namun mengatakan bahwa syarat untuk penggunaan senjata nuklir adalah “informasi yang dapat dipercaya tentang peluncuran besar-besaran sarana serangan kedirgantaraan dan penyeberangannya ke perbatasan negara kita.”

Ia menambahkan: “Kami berhak menggunakan senjata nuklir jika terjadi agresi terhadap Rusia dan Belarus sebagai anggota Negara Persatuan.”

Keputusan Putin untuk mengubah doktrin nuklir resmi Rusia muncul saat Amerika Serikat dan Inggris sedang mempertimbangkan apakah akan memberikan Ukraina izin untuk menembakkan rudal yang disediakan Barat lebih dalam ke wilayah Rusia.

Kebijakan AS membatasi Kyiv menggunakan senjata buatan Amerika seperti artileri jarak jauh seperti Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) untuk menyerang lapangan udara dan pusat logistik di seberang perbatasan.

Namun Moskow — yang telah beberapa kali mengancam Barat dengan pembalasan nuklir jika membantu Ukraina dalam perangnya — menegaskan bahwa kemampuan serangan jarak jauh yang disetujui AS akan menjadi eskalasi yang tidak dapat dimaafkan.

“Hal ini akan mengubah sifat konflik secara signifikan,” kata Putin awal bulan ini setelah Presiden Biden bertemu dengan Perdana Menteri Inggris untuk membahas pembatasan tersebut. “Ini berarti bahwa negara-negara NATO, AS, dan negara-negara Eropa sedang berperang dengan Rusia.”

Laporan menunjukkan Biden hampir mengizinkan Ukraina meluncurkan senjata jarak jauh selama rudal tersebut tidak disediakan oleh Amerika Serikat.

Wisye Ananda
Wisye Ananda Patma Ariani is a skilled World News Editor with a degree in International Relations from Completed bachelor degree from UNIKA Semarang and extensive experience reporting on global affairs. With over 10 years in journalism, Wisye has covered major international events across Asia, Europe, and the Middle East. Currently with Agen BRILink dan BRI, she is dedicated to delivering accurate, insightful news and leading a team committed to impactful, globally focused storytelling.