Senator Josh Hawley (R-Mo.) mungkin tidak sering ditemukan di pusat negosiasi bipartisan.
Namun pada musim semi ini, ia membantu menggembalakan sebuah pencapaian bipartisan yang besar, dengan menjadi salah satu sponsor sebuah rancangan undang-undang untuk mengesahkan kembali dan memperluas Undang-Undang Kompensasi Paparan Radiasi (RECA) yang disahkan Senat dengan perolehan suara 69-30 yang anti-filibuster.
Dan direktur komunikasinya, Abigail Jackson, merupakan sosok kunci dalam meloloskan tindakan itu.
Undang-undang tahun 1990, yang berakhir awal tahun ini, memberikan kompensasi finansial kepada warga Amerika yang terpapar radiasi nuklir oleh pemerintah federal selama Perang Dunia II dan setelahnya. RUU Hawley, yang disponsori bersama Senator Ben Ray Luján (DN.M.), Eric Schmitt (R-Mo.) dan Mike Crapo (R-Idaho), akan memperpanjang undang-undang tersebut dan memperluas cakupan geografisnya.
Jackson, yang bergabung dengan kantor Hawley sebagai sekretaris pers pada tahun 2021 sebelum memangku jabatannya saat ini pada tahun 2023, mengatakan ada sejumlah bagian yang berubah dalam penyampaian pesan seputar RUU tersebut.
“Kendala terbesar yang harus kami atasi di awal adalah membantu orang memahami apa itu RECA,” katanya. “Banyak orang di DPR bahkan belum pernah mendengar tentang program ini atau tidak mengenalnya. Itu bukan sekadar frasa yang diucapkan begitu saja dan semua orang langsung tahu apa itu.”
Hal yang juga penting dalam sisi komunikasi adalah memusatkan suara orang-orang yang akan mendapat manfaat dari rancangan undang-undang tersebut, dan yang akan menderita akibat berakhirnya rancangan undang-undang tersebut, mulai dari aktivis masyarakat di St. Louis hingga anggota Bangsa Navajo yang tinggal di wilayah hilir dari bekas lokasi uji coba.
Peran staf komunikasi, katanya, adalah “mencari tahu cara agar mereka bisa tampil di depan pers dan sekadar berbagi cerita serta menciptakan kesempatan bagi mereka untuk bisa berbicara tentang pengalaman mereka.”
Ada pula sedikit waktu yang tepat, tambahnya: perilisan film biografi pemenang Oscar karya Christopher Nolan musim panas lalu, “Oppenheimer,” yang memastikan bahwa uji coba nuklir di masa perang sudah menjadi bagian dari perbincangan budaya saat mereka menggalang dukungan untuk RUU tersebut.
“Itu memberi kami semacam kaitan alami untuk berbicara tentang, hei, semua orang membicarakan Oppenheimer, tetapi bagaimana dengan semua orang lain yang menanggung konsekuensi dari apa yang telah Anda pelajari di sana?” kata Jackson.