Perusahaan telekomunikasi, Airtel Nigeria, menyerukan tindakan segera untuk melindungi infrastruktur telekomunikasi karena vandalisme terus meningkat yang menyebabkan rekor rata-rata 43 pemutusan serat setiap hari di jaringan Airtel saja.
Direktur Komunikasi Korporat dan CSR perseroan, Femi Adeniran, yang menyampaikan seruan tersebut, mengatakan perusahaan telekomunikasi tersebut mengalami total 7.742 pemutusan jaringan fiber dalam enam bulan terakhir.
Menurutnya, pemutusan jaringan serat optik—terutama disebabkan oleh kegiatan konstruksi, vandalisme, dan kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan—telah menjadi epidemi di industri telekomunikasi Nigeria.
“Gangguan ini tidak hanya menyusahkan konsumen namun juga menghambat dunia usaha, menunda operasional pemerintah, dan membahayakan keselamatan masyarakat, khususnya dalam keadaan darurat,” katanya.
Telekomunikasi sebagai infrastruktur penting
Menekankan peran penting telekomunikasi dalam perekonomian, Adeniran mengatakan infrastruktur telekomunikasi bukan hanya tentang panggilan telepon atau browsing internet; ini menggerakkan sektor-sektor penting seperti pendidikan, kesehatan, perbankan, dan keselamatan publik.
Di dunia yang semakin ditentukan oleh transformasi digital, integritas jaringan telekomunikasi kita sama pentingnya dengan jalan, jembatan, dan bandara.
“Bayangkan ketika kita terbangun di suatu pagi, kita tidak menemukan internet, tidak ada jaringan seluler, dan tidak ada akses ke layanan darurat—semuanya karena satu kabel fiber terputus secara sembarangan selama konstruksi rutin.
“Ini bukan sekedar skenario hipotetis; ini adalah kenyataan yang terjadi setiap hari di Nigeria, mengancam tulang punggung ekonomi digital kita dan melemahkan keamanan nasional.
“Rata-rata, operator melaporkan banyak insiden setiap hari, yang mengganggu layanan jutaan warga Nigeria. Airtel Nigeria sendiri mencatat rata-rata harian 43 pemotongan serat dan dalam enam bulan terakhir, totalnya 7742,dia berbagi.
Panggilan untuk bertindak
Adeniran meminta semua pemangku kepentingan termasuk lembaga pemerintah, badan keamanan, perusahaan konstruksi, operator telekomunikasi, media dan masyarakat sipil, untuk segera berkolaborasi dalam menjaga infrastruktur telekomunikasi Nigeria.
Meskipun pemerintah federal baru-baru ini menetapkan aset telekomunikasi sebagai infrastruktur nasional yang penting, Direktur Airtel mencatat bahwa selain deklarasi kebijakan, terdapat kebutuhan untuk segera beralih ke langkah-langkah praktis yang dapat ditindaklanjuti, yang beberapa di antaranya meliputi:
- Penegakan dan Koordinasi yang Lebih Kuat: Badan Keamanan dan Badan Pengatur, harus menerapkan hukuman yang lebih ketat atas kerusakan serat optik sekaligus menciptakan platform untuk koordinasi yang lancar antara perusahaan konstruksi dan operator telekomunikasi.
- Mengatur dan Memantau Operasional Perusahaan Konstruksi: Perusahaan konstruksi harus diatur dan dipantau untuk memastikan mereka memberikan status yang sama terhadap aset telekomunikasi seperti yang mereka lakukan terhadap aset perusahaan utilitas lainnya.
- Penyederhanaan Hak Jalan (RoW).: Menyederhanakan proses RoW akan memastikan operator dapat mengubur kabel dengan aman dan secara proaktif merencanakan perlindungan infrastruktur melalui kemitraan dengan pemerintah daerah.
- Adopsi Teknologi: Memanfaatkan pemetaan geospasial dan alat pemantauan real-time akan memungkinkan identifikasi zona berisiko tinggi dengan lebih baik dan respons yang lebih cepat terhadap insiden.
- Peningkatan minat dan Dukungan dari Media Nigeria: Pemangku kepentingan media harus mendukung aktor-aktor sektor publik dan swasta untuk mendorong kampanye yang ditargetkan dan pencerahan publik mengenai pentingnya infrastruktur telekomunikasi dan konsekuensi buruk dari pemutusan jaringan serat optik.
Apa yang harus Anda ketahui
Pada bulan Agustus tahun ini, Presiden Bola Tinubu mengeluarkan berita resmi yang menetapkan infrastruktur telekomunikasi sebagai infrastruktur informasi nasional yang penting dan menetapkan bahwa siapa pun yang dengan sengaja menghancurkan infrastruktur tersebut di negaranya merupakan pelanggaran pidana.
Menurut Menteri Komunikasi, Inovasi, dan Ekonomi Digital, Dr Bosun Tijani, dalam lembaran negara, ‘Penetapan dan Perlindungan Tatanan Infrastruktur Informasi Nasional yang Kritis, 2024’, merupakan langkah signifikan yang akan memperkuat dan melindungi investasi di sektor TIK.
- Namun, deklarasi seperti itu bukanlah yang pertama kali dilakukan. Pada bulan Juni 2020, mantan Menteri Komunikasi, Dr. Isa Panatami mengumumkan tindakan serupa yang dilakukan mantan Presiden Muhammadu Buhari.
- Menurut Pantami, Buhari menyetujui dan juga mengarahkan tindakan perlindungan fisik yang diperlukan untuk menjaga infrastruktur telekomunikasi yang tersebar di seluruh negeri.
- Pernyataan tersebut tidak memberikan dampak apa pun karena vandalisme terhadap infrastruktur masih menjadi kejadian sehari-hari di seluruh negeri hingga saat ini.